Senin, 29 September 2025

Teknik Operasi Minimal Invasif Buka Harapan Baru Bagi Pasien Penyakit Jantung Bawaan

Teknik operasi jantung dengan sayatan minimal dinilai mampu mempercepat proses pemulihan pasien sekaligus menurunkan risiko komplikasi pascaoperasi

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Istimewa
OPERASI MINIM INVASIF - dr.Budi Rahmat Sp.BTKV, Subsp.JPK (K). saat memperkenalkan penerapan teknik operasi jantung dengan sayatan minimal atau Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS)  kasus penyakit jantung bawaan (Congenital Heart Disease/CHD) di Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Teknik operasi jantung dengan sayatan minimal atau Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS) mulai diterapkan untuk menangani kasus penyakit jantung bawaan (Congenital Heart Disease/CHD) di Indonesia. 

Metode ini dinilai mampu mempercepat proses pemulihan pasien sekaligus menurunkan risiko komplikasi pascaoperasi.

Menurut dr. Budi Rahmat, Sp.BTKV, Subsp.JPK (K), spesialis bedah toraks kardiovaskular, MICS merupakan alternatif yang relevan bagi sebagian pasien CHD, terutama yang memenuhi kriteria untuk prosedur invasif rendah.

Baca juga: Tips Cegah Penyakit Jantung Kambuh Saat Jalani Ibadah Haji, Jangan sampai Dehidrasi, Rajin Olahraga

“Melalui pendekatan minimally invasive, kami ingin memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien dengan penyakit jantung bawaan. Pemulihan lebih cepat, bekas luka lebih kecil, dan trauma jaringan pun minimal,” kata dr. Budi saat ditemui di sela-sela pengenalan prosedur MICS di Siloam Hospitals Lippo Village, Senin (28/4/2025).

Penyakit jantung bawaan sendiri merupakan kelainan struktur jantung yang terjadi sejak lahir.

Kelainan ini bisa berupa lubang pada dinding jantung (seperti ASD dan VSD), kelainan katup, atau kelainan pembuluh darah.

Jika tidak ditangani, CHD dapat menimbulkan gangguan fungsi jantung yang berdampak serius pada pertumbuhan dan kualitas hidup pasien, termasuk pada usia dewasa.

Dalam prosedur MICS, operasi dilakukan melalui sayatan kecil (sekitar 4–6 cm) di sela tulang iga tanpa perlu membuka seluruh tulang dada seperti dalam bedah konvensional.

Teknik ini dinilai lebih aman dan nyaman bagi pasien, dengan sejumlah keunggulan seperti risiko infeksi pascaoperasi lebih rendah, waktu rawat inap lebih singkat, aktivitas harian dapat dilanjutkan lebih cepat, luka operasi lebih kecil dan estetik dan minim rasa nyeri dan trauma jaringan

Baca juga: Kerja Sama Antar Rumah Sakit Jadi Kunci Tangani Penyakit Jantung di Daerah

“Teknik ini tetap menjamin keamanan dan efektivitas tindakan. Bedanya, pasien bisa pulih lebih cepat dan tidak perlu menghadapi bekas luka panjang di dada,” jelas dr. Budi.

Meski begitu, tidak semua pasien dapat langsung menjalani MICS.

Evaluasi menyeluruh tetap diperlukan untuk memastikan kesiapan anatomi jantung pasien, jenis kelainan, serta kondisi kesehatan secara umum.

Penggunaan teknik MICS masih tergolong baru di Indonesia dan belum tersedia di semua rumah sakit.

Diperlukan pelatihan khusus bagi dokter bedah serta peralatan medis yang mendukung prosedur dengan akurasi tinggi.

Baca juga: Kiat Aman Konsumsi Garam, Cegah Hipertensi dan Penyakit Jantung

Selain itu, edukasi kepada pasien dan keluarga juga menjadi bagian penting agar mereka memahami pilihan terapi yang tersedia.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan