Pilah-pilih Informasi, Jangan Sebar Hoaks soal Imunisasi, Bisa Ancam Kesehatan Anak Indonesia
Di era gempuran info di media sosial, orang tua perlu memilah informasi terkait imunisasi dan vaksinasi.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di era gempuran info di media sosial, orang tua perlu memilah informasi terkait imunisasi dan vaksinasi.
Hoaks telah terbukti menurunkan cakupan imunisasi secara nasional yang mengakibatkan kesehatan anak Indonesia terancam.
Baca juga: Jadwal Suntik Vaksin Polio untuk Calon Jemaah dan Petugas Haji 2025, Cek Alasannya
Selama bertahun-tahun hoaks terkait imunisasi dan vaksinasi terus beredar.
Misalnya anggapan imunisasi membuat anak yang sehat menjadi sakit, vaksin mengandung babi atau bahan berbahaya hingga vaksin dianggap haram.
Informasi yang menyesatkan itu sering kali disebarkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Dampak Nyata Hoaks
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) mengatakan, di era media sosial seperti ini informasi sangat mudah disebarluaskan melalui pesan WhatsApp dan postingan di media sosial.
Sayangnya, banyak masyarakat mudah percaya pada pesan-pesan berantai itu sehingga meningkatkan keraguan dan keresahan masyarakat terkait imunisasi.
Baca juga: Program Imunisasi Berbasis Sekolah di Indonesia dapat Hibah 100 Ribu Dolar AS
“Misalkan vaksin itu ada babinya atau juga pertanyaan bahwa proses vaksin itu apakah suci atau tidak. Apakah imunisasi wajib dalam Islam, apakah ada hadisnya,” ujar dia dalam webinar yang digelar Kementerian Kesehatan pada Rabu (9/4).
Pernyataan yang misinformasi itu mengakibatkan, penolakan imunisasi di beberapa daerah, lalu muncul Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit lama seperti difteri, campak dan polio.
“Hal ini yang membuat cakupan imunisasi secara nasional menurun. Ini menjadi tantangan tenaga kesehatan untuk memberikan penjelasan dengan penuh empati kepada masyarakat yang menolak vaksin,” ujar dr Piprim.
Bagi dr Piprim, imunisasi bukan hanya soal medis, tetapi juga soal kemaslahatan.

Dalam catatan IDAI, hoaks berupa vaksin mengandung racun dan berbahaya membuat banyak keluarga di awal tahun 2000 menolak imunisasi, kemudian pada 2005 terjadi KLB polio.
Saat itu, wabah polio menyerang 305 orang di 47 kabupaten/kota di 10 provinsi.
Untuk diketahui, polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio dan menyerang sistem saraf.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.