Senin, 6 Oktober 2025

Donald Trump Pimpin Amerika Serikat

Donald Trump Ingin AS Keluar dari Keanggotaan, WHO Ingatkan 'Kenangan Manis' saat Atasi Cacar

WHO pun buka suara usai Donald Trump Presiden AS yang ingin Amerika keluar dari lembaga kesehatan dunia ini. Kenangan manis bersama pun diungkap WHO.

kolase/istimewa
WHO buka suara usai Donald Trump Presiden AS yang ingin Amerika keluar dari lembaga kesehatan dunia ini. Kenangan manis bersama pun diungkap WHO. 

AS Jadi Donatur Terbesar, Trump Perintahkan Stop Transfer Dana ke WHO

Pada keputusannya kali ini, Trump meneken perintah eksekutif yang memerintahkan badan-badan terkait menghentikan sementara transfer dana, dukungan, atau sumber daya Pemerintah AS ke WHO.

Amerika Serikat adalah donatur terbesar bagi organisasi yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss, tersebut. 

Dukungan finansial AS sangat penting bagi operasional WHO.

Di bawah pemerintahan Biden, AS terus menjadi penyandang dana terbesar bagi WHO dan pada tahun 2023 menyumbang hampir seperlima anggaran badan tersebut. 

Anggaran tahunan organisasi ini adalah $6,8 miliar (£5,5 miliar).

Efek untuk Amerika Jika Keluar dari WHO

Pakar kesehatan masyarakat mengkritik keputusan Trump untuk keluar dari WHO, dan memperingatkan bahwa mungkin ada konsekuensi bagi kesehatan masyarakat Amerika.

Beberapa orang berpendapat bahwa langkah ini memutus kemajuan AS dalam memerangi penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis, dan Hiv & Aids.

"Ini adalah keputusan presiden yang sangat dahsyat. Penarikan diri dari program ini merupakan luka yang sangat menyedihkan bagi kesehatan dunia, namun luka yang lebih dalam bagi Amerika Serikat," kata pakar kesehatan masyarakat global dan profesor di Universitas Georgetown, Lawrence Gostin.

Jika Amerika keluar dari WHO, akan memicu restrukturisasi besar-besaran lembaga itu dan dapat mengganggu rencana-rencana kesehatan global.

Pengamat kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama.
Pengamat kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama. (istimewa)

Kabinet Trump juga mengumumkan rencana meninjau dan membatalkan Strategi Keamanan Kesehatan Global AS 2024, yang dirancang Biden untuk mencegah, mendeteksi, serta menanggapi ancaman penyakit menular.

AS keluar dari WHO saat kekhawatiran dunia meningkat mengenai pandemi flu burung (H5N1). Puluhan orang terinfeksi dan satu pasien meninggal di Amerika Serikat.

Negara-negara anggota WHO sejak akhir 2021 merundingkan perjanjian pertama di dunia tentang pencegahan, kesiapsiagaan, dan tanggapan pandemi.

Dengan keluarnya AS, negosiasi akan dilanjutkan tanpa partisipasi Washington.

Amerika Keluar dari WHO Bakal Berdampak pada Situasi Kesehatan Dunia?

Keputusan Presiden Trump yang mengeluarkan Amerika Serikat dari keanggotaaan WHO menimbulkan kekhawatiran pada situasi kesehatan global.

Hal ini disampaikan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama di Jakarta, Selasa (21/1/2025).

Ia menuturkan, Amerika Serikat mempunyai berbagai pusat kajian kesehatan yang diakui dunia seperti Center of Diseases Control and Prevention (CDC), National Institute of Health (NIH) dan lainnya.

"Bagaimana peran berbagai organisasi ini sesudah Amerika Serikat menarik diri dari WHO," ujar Prof Tjandra.

Banyak pakar Amerika Serikat yang aktif dalam kesehatan global, termasuk bekerja di World Health Organization (WHO).

Ada berbagai Universitas ternama di Amerika Serikat yang bergerak dalam kesehatan global pula.

"Tentu patut ditelusuri bagaimana peran para pakar ini di kesehatan global kelak, sehubungan dengan kebijakan Trump di hari pertama kerjanya ini," kata dia.

Lebih jauh, aspek pendanaan dan anggaran WHO terkena dampak cukup bermakna jika kontribusi dari Amerika Serikat dihentikan.

Amerika Serikat sudah lama dikenal sebagai donatur WHO.

Imbasnya, apakah kondisi setelah ini tetap bisa terjaga kesehatan dunia.

Situasi kesehatan dunia akan jadi perhatian penting karena besarnya jumlah penduduk Amerika Serikat, yang juga banyak melakukan perjalanan ke berbagai negara di dunia.

Kondisi ini membawa dampak dalam pengawasan perjalanan kesehatan internasonal.

"Harus ditunggu bagaimana implementasi atau eksekusi keputusan itu, apakah akan ada waktu tertentu sampai ini benar-benar terlaksana. Pernah ada informasi bahwa prosesnya akan memakan waktu 1 tahun, tetapi mungkin saja situasinya berbeda kini," kata direktur pascasarjana RS YARSI ini.

 

(Tribunnews.com/Anita K Wardhani/Rina Ayu/Rizki Sandi Saputra/BBC/Kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved