Penanganan Covid
Takut Disuntik Vaksin Covid-19? Ketahui Langkah yang Perlu Dilakukan Ketika Perasaan Itu Muncul
Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama disuntik vaksin covid-19. Namun, masih ada yang takut divaksin.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Eka Hospital Cibubur Dr. Annisa Maloveny, Sp.PD mengatakan, vaksin Covid-19 yang diberikan ada 2 dosis. Jarak vaksinasi pertama dan kedua 2 minggu.
“Jangan dilakukan 1x sudah merasa kebal, harus lengkap rangkaian dua dosis dengan interval dua minggu. Responnya setelah dua minggu setelah vaksinasi kedua. Baru bisa dilihat efektif atau engga,” ujar dr Annisa di kesempatan yang sama.
Ia mengatakan, efikasi vaksin dari Sinovac sudah diteliti BPOM mencapai 65 persen. Walaupun dianggap lebih kecil dibandingkan misalnya Pfizer yang diklaim mencapai 90 persen, namun untuk saat ini vaksin Sinovac sudah ‘di depan mata’. “Daripada pertahanannya 0 persen, lebih baik 65 persen. Karena bila sudah terkena, gejala Covid yang timbul akan jauh lebih ringan,” tegas dr Annisa di kesempatan yang sama.
Sejauh ini, vaksinasi merupakan program yang sudah dilakukan sejak lama dan terbukti bisa menurunkan angka kematian serta kecacatan akibat penyakit tersebut. Contohnya polio, cacar air, campak yang menurun karena vaksinasi sudah dilakukan. Pembuatan vaksin dilakukan pada penyakit yang mudah menular, menimbulkan kecacatan serta kematian yang tinggi.
“Setelah ditemukan vaksin, angka meninggal karena cacar, campak, kecacatan akibat polio menurun drastis. Karena tiap orang sudah muncul antibodi sehingga kalaupun muncul tidak berat. Cacar dan campak tidak ditakuti lagi karena gejala menjadi ringan. Begitu juga pada vaksin Covid. Walaupun efikasi yang tidak 100 persen, tapi menimbulkan memori kekebalan antibodi,” katanya.
Pada Covid-19, 80 persen memang menimbulkan gejala ringan. Namun bila 20 persen itu meningkat terus tentu kasusnya juga akan banyak, membuat RS kewalahan.
“Angka kematian akibat Covid-19, diangka 1-3 persen. Namun dimasa pandemi dengan penyebaran yang cepat makan angka kematian tersebut menjadi bermakna,” katanya.
Dokter Annisa menjelaskan, jenis vaksin berbeda-beda. Pada tahap pertama, Januari-April dimana yang dilakukan vaksinasi dengan vaksin Sinovac. Saat dilakukan uji kllinis, vaksin Sinovac dilakukan pada usia 18-59 tahun tanpa komobid (penyakit penyerta). Diluar kelompok usia 18-59 tahun dan komorbid bisa dilakukan jenis vaksin lain. Vaksin Sinovac ini penyimpaannya lebih mudah di suhu 2-8 derajat, bandingkan jenis lain yang butuh penyimpanan -50 derajat.
“Untuk pemberian vaksin dari Januari-April menggunakan Sinovac produksi cina, penelitan 18-59 tahun tanpa komorbi. Jadi kalau usia diatas 59 tahun, punya komorbid,tunggu sampai ada vaksin ada kriteria tersebut. Sampai sekarang pun vaksin Covid-19 masih diteliti karena baru dilakukan uji Januari 2020, dan awal tahun 2021 sudah digunakan. Namun dilihat dari fase 1, 2,3 tidak ada efek samping, kalaupun ada ringan jadi aman digunakan,” katanya.
Persiapan bila akan divaksin
Sama seperti vaksin jenis apapun, secara umum vaksin untuk mengaktifkan sistem imun sehingga ada sel memori.
Kondisi imun harus optimal. Caranya dengan istiahat cukup, jangan ada demam, sakit, pilek. Walaupun tidak ada kontra indikasi absolut, tapi sebaiknya vaksinasi dilakukan dalam kondisi tidak sakit.
Sejauh ini, efek samping yang muncul ringan. Ada nyeri di bekas suntikan, demam 1-2 hari, ada rasa nyeri/ngilu di punggung.
Efek samping itu diberi obat anti demam dan anti nyeri walaupun tidak diberi obatpun bisa hilang sendiri dan tidak ada efek selanjutnya. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), secara umum, kejadiannya sangat jarang.
Sehabis disuntik, dokter akan melakukan observasi sekitar 30 menit untuk melihat ada efek samping atau tidak.