Rabu, 1 Oktober 2025

Tanda Pembesaran Prostat Jinak Usia 40 Tahun ke Atas, Jika Dibiarkan Berujung Susah Kencing

Penyakit ini bukan hanya membuat hidup tidak nyaman, tapi juga bisa berujung pada komplikasi serius yang mengancam kualitas hidup.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Freepik
ILUSTRASI TOILET - Gambar yang diambil dari Freepik pada Senin (18/8/2025) menampilkan ilustrasi toilet. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Jangan pernah remehkan gejala sering buang air kecil, kencing tidak tuntas, atau harus terbangun berkali-kali di malam hari. 

Bisa jadi itu tanda awal pembesaran prostat jinak, kondisi yang umum terjadi pada pria berusia 40 tahun ke atas.

Jika dibiarkan, penyakit ini bukan hanya membuat hidup tidak nyaman, tapi juga bisa berujung pada komplikasi serius hingga mengancam kualitas hidup.

Dokter spesialis urologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana Prof. dr. Chaidir Arif Mochtar, Sp.U(K), Ph.D,, menjelaskan bahwa pembesaran prostat jinak dapat menimbulkan efek seperti “bom waktu” bila tidak segera ditangani.

Baca juga: Kanker Prostat: 10 Detik yang Menyelamatkan Nyawa

“Kalau tidak diobati, salah satu yang bisa terjadi adalah bahwa pasien tidak bisa kencing. Karena membesar-membesar, dan dia ada istilahnya kompresi. Sama seperti jantung, lama-lama suatu saat bisa menjadi dekompresi,” tegas Prof. Chaidir pada awak media di Jakarta Pusat, Rabu (1/10/2025). 

Dari Sisa Kencing Jadi Retensi Urin

Pada tahap awal, pasien biasanya hanya merasa tidak puas saat buang air kecil. 

Lama-kelamaan, sisa urin di kandung kemih semakin banyak, dari 10 cc bisa meningkat menjadi 400 cc.

Kandung kemih yang bekerja terlalu keras akhirnya kehilangan kemampuan untuk mengeluarkan urin. 

Saat itulah kondisi yang disebut retensi urin terjadi, pasien sama sekali tidak bisa kencing.

Situasi ini bukan hanya menyakitkan, tapi juga bisa berbahaya karena urin menumpuk dan menekan organ lain. 

Pemasangan kateter darurat biasanya menjadi satu-satunya jalan agar pasien bisa buang air kecil kembali.

Operasi, Risiko, dan Harapan

Jika sudah masuk fase retensi urin, obat-obatan saja tidak cukup. 

Pasien biasanya memerlukan operasi atau tindakan minimal invasif, seperti TURP (Transurethral Resection of the Prostate) atau metode terbaru seperti Rezum.

Namun, Prof. Chaidir mengingatkan adanya risiko lanjutan dari tindakan medis ini, khususnya pada fungsi seksual.

“Ini penelitian udah lama di Departemen kita itu sekitar 20 persen akan mengalami gangguan seksual. Gangguan ereksi, salah satunya. Lalu 20 persen pasti 80 persen gak apa-apa,” ungkapnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved