Konflik Palestina Vs Israel
Batas Waktu Trump untuk Tunggu Jawaban Hamas Sudah Dekat, AS Ogah Negosiasi Lagi
Batas waktu yang diberikan Presiden AS Donald Trump kepada Hamas untuk menjawab proposal rencana perdamaian Gaza sudah dekat.
Ilmuwan politik Maher Abu Saada, yang pindah dari Gaza ke Mesir, mengatakan kepada The Guardian bahwa Hamas kini menghadapi pilihan "antara buruk dan lebih buruk."
Ia mengatakan penolakan dapat memungkinkan Israel "melakukan apa pun untuk mengakhiri perang", seperti yang telah ditegaskan Trump.
Dr. Michael Milstein, pakar Hamas di Universitas Tel Aviv, mengatakan tidak ada pemisahan yang nyata antara Gaza, Tepi Barat, dan kepemimpinan eksternal.
"Semua menentang klausul pelucutan senjata, karena pertempuran merupakan bagian inti dari identitas mereka."
"Sayap militer khususnya ingin terus berjuang. Mereka melihat Israel kesulitan dengan mobilisasi cadangan dan pemilihan umum yang akan datang — ini masalah ketahanan," ucap Milstein.
Terjadi Perpecahan di Internal Hamas
Meskipun menanggapi rencana Trump soal perdamaian di Gaza secara positif, namun terdapat indikasi perpecahan internal di dalam Hamas.
BBC melaporkan pemimpin de facto Hamas di Jalur Gaza, Izz al-Din Haddad, menentang keras rencana Trump.
Haddad, yang sebelumnya menjabat Komandan Brigade Kota Gaza, diyakini berpandangan proposal tersebut dirancang untuk mengakhiri keberadaan Hamas, terlepas dari apakah kelompok tersebut mendukungnya atau tidak.
Oleh karena itu, ia dilaporkan siap untuk terus melawan Israel.
Baca juga: Hamas Akan Segera Jawab Rencana Gencatan Senjata Trump, Serius Bahas Meski Punya Keberatan
Meskipun demikian, Hamas tampaknya didukung oleh para mediator Arab, Mesir dan Qatar, yang dalam beberapa hari terakhir telah mengisyaratkan beberapa perubahan perlu dilakukan pada proposal AS.
Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, mengatakan di Paris proposal tersebut memiliki "banyak celah yang perlu diisi", terutama mengenai dua isu penting, yakni tata kelola dan pengaturan keamanan.
"Kami mendukung rencana Trump dan visi untuk mengakhiri perang dan perlu melangkah maju," ujar Abdelatty, dikutip dari BBC.
Abdelatty menambahkan, Qatar, Mesir, dan Turki sedang bekerja keras meyakinkan Hamas untuk menerima rencana tersebut.
Abdelatty juga menegaskan Hamas harus memahami bahwa mereka "tidak memiliki peran di hari setelah" perang berakhir.
"Ini adalah kesepakatan penuh di antara kami, sebagai orang Arab, sebagai Muslim, dan bahkan di antara orang-orang Hamas sendiri," kata diplomat Mesir tersebut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.