Konflik Palestina Vs Israel
Hamas Siap Akhiri Kekuasaan di Jalur Gaza: Kami Tidak Keberatan
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) tidak keberatan untuk meninggalkan kekuasaannya di Jalur Gaza, dengan syarat pendirian Negara Palestina.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Pravitri Retno W
"Upayanya untuk meratapi para tawanannya, dan pamernya dengan berbicara kepada mereka melalui pengeras suara, mencerminkan 'mentalitas kolonial yang sakit'," katanya.
Menjawab tuduhan Netanyahu yang menyebut Hamas menghalangi perundingan, Hamas mengatakan Netanyahu adalah orang yang justru melakukannya.
"Netanyahu sendiri bertanggung jawab atas penghalangan perjanjian apa pun yang menjamin pembebasan mereka karena sikap keras kepala dan desakannya untuk melanjutkan agresi, pembatalan perjanjian Januari lalu, dan upayanya yang gagal untuk membunuh delegasi negosiasi di Qatar," jelasnya.
Hamas menegaskan Netanyahu tidak peduli dengan para tahanan Israel karena ia melanjutkan pengeboman brutal dan penghancuran Kota Gaza.
Gerakan tersebut juga membantah tuduhan Netanyahu yang mengatakan mereka berupaya membunuh orang-orang Yahudi di seluruh dunia.
"Pertempuran perlawanan Palestina terbatas pada perlawanan terhadap pendudukan Israel di tanah Palestina dan tempat-tempat sucinya hingga rakyat Palestina memperoleh hak mereka untuk menentukan nasib sendiri," katanya, lapor Al-Quds.
Hamas menekankan hak rakyat Palestina untuk mendirikan Negara Palestina merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Otoritas Palestina Siap Pimpin Negara Palestina
Sebelumnya, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, berpidato secara virtual di Majelis Umum ke-80 PBB pada hari Kamis (25/9/2025).
Dalam pidatonya, ia menegaskan Otoritas Palestina siap mengambil alih pemerintahan serta keamanan di sana dengan prinsip satu negara, satu hukum, dan satu pasukan sah, tanpa menjadi negara bersenjata.
Selain itu, ia mengutuk serangan Hamas terhadap warga sipil Israel pada 7 Oktober 2023, menegaskan tindakan itu tidak mewakili perjuangan sah rakyat Palestina, dikutip dari UN News.
Mahmoud Abbas menyesalkan ribuan resolusi PBB soal Palestina yang tak kunjung dijalankan, meski Palestina telah menepati komitmen sejak Perjanjian Oslo I pada tahun 1993.
Presiden Palestina juga berterima kasih atas dukungan negara-negara yang telah mengakui Palestina, mendesak pengakuan lebih luas, dan menegaskan bahwa perdamaian hanya tercapai melalui keadilan.
Ia menutup pidatonya dengan janji bahwa rakyat Palestina tidak akan menyerah hingga bendera mereka berkibar sebagai simbol kebebasan dan martabat.
Israel Menargetkan Pemimpin Hamas di Luar Negeri
Pada akhir Agustus, militer Israel mengancam akan menargetkan para pemimpin Hamas di luar negeri, lapor The Times of Israel.
"Sebagian besar pimpinan Hamas yang masih berkuasa berada di luar negeri, dan kami akan menargetkan mereka juga," kata Kepala staf militer Israel, Eyal Zamir, memperingatkan pada 31 Agustus 2025.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.