Konflik Palestina Vs Israel
Garda Terdepan Tekan Israel Akhiri Perang Gaza, Spanyol Tolak Janji Netanyahu soal Negara Palestina
Spanyol jadi garda terdepan dalam menekan Israel untuk mengakhiri perang di Gaza, kini menolak janji Netanyahu soal negara Palestina.
Penulis:
Nuryanti
Editor:
Endra Kurniawan
Sebuah delegasi yang mewakili Negara Palestina memiliki status pengamat di Perserikatan Bangsa-Bangsa — tetapi tidak memiliki hak suara.
Berapa pun negara yang mengakui kemerdekaan Palestina, keanggotaan penuh PBB tetap memerlukan persetujuan Dewan Keamanan, di mana Washington memiliki hak veto.
Misi diplomatik Palestina di seluruh dunia dikendalikan oleh Otoritas Palestina, yang diakui secara internasional mewakili rakyat Palestina.
Otoritas Palestina, yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas, menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas di beberapa wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel berdasarkan perjanjian dengan Israel.
Otoritas ini menerbitkan paspor Palestina dan menjalankan sistem kesehatan dan pendidikan Palestina.
Baca juga: Setelah Pengumuman Prancis, Arab Saudi Serukan Semua Negara Akui Palestina: Akan Berdampak Besar
Jalur Gaza telah dikelola oleh kelompok militan Hamas sejak 2007, ketika kelompok tersebut mengusir gerakan Fatah pimpinan Abbas setelah perang saudara yang singkat.
Sebagian besar negara adidaya, kecuali AS sejak Presiden Donald Trump memindahkan kedutaannya ke Yerusalem, memiliki misi diplomatik utama di Tel Aviv karena mereka tidak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Namun, sekitar 40 negara memiliki kantor konsuler di Ramallah di Tepi Barat, atau di Yerusalem Timur - wilayah yang aneksasinya oleh Israel tidak diakui secara internasional dan yang diinginkan Palestina sebagai ibu kota mereka.
Negara-negara tersebut antara lain Tiongkok, Rusia, Jepang, Jerman, Kanada, Denmark, Mesir, Yordania, Tunisia, dan Afrika Selatan.
Kondisi di Gaza

Dilansir Al Arabiya, badan-badan bantuan mengatakan pada akhir Agustus 2025 bahwa hanya sedikit bantuan yang dibutuhkan, termasuk obat-obatan, yang telah menjangkau masyarakat di Gaza sejak Israel mencabut blokade bantuan pada Mei 2025.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada bulan Mei bahwa sistem kesehatan Gaza berada di titik kritis.
Israel mengendalikan semua akses ke Gaza dan mengatakan mengizinkan cukup bantuan dan pasokan makanan ke wilayah kantong tersebut.
Gambar-gambar warga Palestina yang kelaparan, termasuk anak-anak, telah memicu kemarahan global terhadap serangan Israel di Gaza, yang sejak Oktober 2023 telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat seluruh penduduk Gaza mengungsi secara internal, dan memicu krisis kelaparan.
Berbagai pakar hak asasi manusia, akademisi, dan penyelidikan PBB mengatakan bahwa hal itu merupakan genosida.
Israel menyebut tindakannya sebagai pembelaan diri setelah serangan pada 7 Oktober 2023 oleh militan Hamas Palestina, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang.
Beberapa sekutu utama Amerika Serikat (AS), terutama Inggris dan Prancis, telah mendukung pembentukan Negara Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai jalan menuju solusi dua negara, meskipun Washington tidak menyetujuinya.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.