Sabtu, 4 Oktober 2025

18 Korban Tewas Kerusuhan di Peru, Penyebab Aksi Mirip Demo Nepal, Berkibar Bendera One Piece

18 orang termasuk polisi dan jurnalis, terluka dalam bentrokan yang terjadi selama protes antipemerintah di ibu kota Peru, Lima

X @Ojo_Publico, @nanana365media
DEMO PERU - Kerusuhan dalam demo di Lima, Peru pada Sabtu-Minggu (20-21/9/2025). 18 orang termasuk polisi dan jurnalis, terluka dalam bentrokan yang terjadi selama protes antipemerintah di ibu kota Peru, Lima 

TRIBUNNEWS.COM - Sedikitnya 18 orang, termasuk petugas polisi dan jurnalis, terluka dalam bentrokan yang terjadi selama protes antipemerintah di ibu kota Peru, Lima.

Hal ini berdasarkan penghitungan dari pihak berwenang dan organisasi independen yang dirilis pada Minggu (21/9/2025).

Ratusan pengunjuk rasa antipemerintah bentrok dengan polisi di Lima pada Sabtu (20/9/2025), melemparkan batu dan tongkat, sementara petugas menembakkan gas air mata ke arah demonstran, wartawan Agence France-Presse melaporkan dikutip dari koreaheralrd.

Protes tersebut, yang diselenggarakan oleh kolektif "Generasi Z" yang dipimpin pemuda, menyebabkan bentrokan keras dengan polisi di sekitar kantor pemerintahan di pusat ibu kota Peru, menurut pengamatan tim AFP.

Kerusuhan ini mirip dengan kerusuhan yang terjadi di Nepal beberapa waktu lalu menyebabkan total korban jiwa 72 orang, dilansir BBC.

Demonstrasi skala besar yang dilakukan oleh generasi Z Nepal ini sebagian besar terdiri dari pelajar dan anak-anak muda. 

Aksi ini dipicu oleh keputusan Pemerintah yang memblokir 26 platform media sosial populer seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, YouTube, dan X, setelah perusahaan-perusahaan tersebut gagal mendaftar sesuai regulasi baru pemerintah Nepal

Hampir sama seperti di Indonesia pada demonstrasi akhir Agustus 2025, demonstran di Nepal juga banyak membawa bendera One Piece sebagai simbol protes melawan sistem korup, hak istimewa pemerintah yang tak terkendali.

Adapun kerusuhan di Lima, Peru, terjadi pada malam hari.

Para pengunjuk rasa, bergabung dengan kelompok lain yang juga tidak senang dengan pemerintahan Presiden Dina Boluarte, menghadapi polisi dengan batu dan tongkat.

Polisi menggunakan gas air mata untuk mencegah pawai bergerak menuju gedung kepresidenan dan parlemen.

Baca juga: Ini Tampang 5 Orang yang Ditangkap Terkait Pembunuhan Zetro Purba di Peru

Demonstrasi kembali dijadwalkan pada hari Minggu.

Polisi awalnya melaporkan tiga petugas terluka, tetapi pada hari Minggu jumlah petugas yang terluka bertambah menjadi 12.

Asosiasi Jurnalis Nasional Peru juga melaporkan bahwa enam jurnalis terkena peluru yang ditembakkan oleh polisi saat meliput protes, termasuk dua dari stasiun radio Exitosa Noticias.

Cesar Zamalloa, seorang jurnalis foto dari surat kabar mingguan "Hildebrandt En Sus Trece", mengatakan bahwa polisi "mulai menembakkan peluru ... langsung ke tubuh" orang-orang.

"Saat itulah saya merasakan benturan di kaki dan pinggul saya," ujarnya, menurut kesaksian yang dikumpulkan oleh ANP dalam sebuah pernyataan yang diunggah di laman Facebook mereka pada hari Minggu.

Baik serikat pekerja maupun Koordinator Nasional Hak Asasi Manusia di Peru mengecam tindakan represif polisi selama demonstrasi.

Tingkat penerimaan terhadap Presiden Dina Boluarte, yang masa jabatannya berakhir tahun depan, telah anjlok di tengah meningkatnya kasus pemerasan dan kejahatan terorganisir.

Beberapa jajak pendapat menunjukkan pemerintah dan Kongres yang mayoritas konservatif dipandang oleh banyak orang sebagai lembaga yang korup.

Badan legislatif meloloskan undang-undang yang mengharuskan orang dewasa muda untuk bergabung dengan dana pensiun swasta, meskipun banyak yang menghadapi lingkungan kerja yang tidak aman.

Demo di Nepal

Demonstrasi besar generasi Z Nepal dipicu oleh keputusan Pemerintah yang memblokir 26 platform media sosial populer seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, YouTube, dan X, setelah perusahaan-perusahaan tersebut gagal mendaftar sesuai regulasi baru pemerintah Nepal

Mereka merasa paling terdampak akibat kebijakan pemblokiran medsos tersebut.

Protes massa dengan cepat meningkat dan menjadi aksi kekerasan terhadap pejabat publik, vandalisme hingga pembakaran kantor pemerintahan dan rumah para pejabat.

Dalam waktu kurang dari 48 jam, protes generasi Z di Nepal melakukan beberapa hal diantaranya, membakar beberapa rumah politisi, meningkatkan protes bahkan selama jam malam dan penembakan di beberapa kota, membuat Perdana Menteri mengundurkan diri, hingga memasuki parlemen dan membakarnya.

Hampir sama seperti di Indonesia pada demonstrasi akhir Agustus 2025, demonstran di Nepal juga banyak membawa bendera One Piece sebagai simbol protes melawan sistem korup, hak istimewa pemerintah yang tak terkendali.

Pada Selasa (9/9/2025) Menteri Keuangan Nepal Bishnu Prasad Paudel dikejar hingga dianiaya massa.

Gen Z Nepal juga mengamuk dengan membakar rumah Perdana Menteri KP Sharma Oli.

Terekam dalam video menunjukkan Paudel (65), berlari di jalanan Kathmandu dengan puluhan orang di belakangnya.

Seorang pengunjuk rasa muda dari arah berlawanan melompat dan menendang sang menteri hingga jatuh.

Dilansir The Times Of India, Rajyalaxmi Chitrakar, istri mantan PM Nepal, Jhalanath Khanal tewas pada Selasa (9/9/2025) setelah mengalami luka bakar.

Ia terbakar saat massa demo membakar rumahnya di Kathmandu. Menurut sumber keluarga, Chitrakar berada di dalam rumah ketika pengunjuk rasa membakar rumah.

Dia lantas dilarikan ke Rumah Sakit Kirtipur dalam kondisi kritis karena luka-lukanya.

(Tribunnews.com/ Chrysnha)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved