Konflik Palestina Vs Israel
Pertama Kalinya, Pimpinan Hamas Buka Suara soal Detik-detik Serangan Israel di Doha
Untuk pertama kalinya sejak serangan mengejutkan Israel di Doha pekan lalu, seorang pemimpin senior Hamas akhirnya angkat bicara.
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
Bobby Wiratama
Hamas menyebut bahwa serangan tersebut adalah upaya pembunuhan terhadap para negosiator utama yang sedang terlibat dalam pembicaraan damai.
Menurut Hamad, Israel “tidak ingin ada gencatan senjata,” dan memilih jalan kekerasan untuk menggagalkan proses diplomasi yang sedang berjalan.
Baca juga: AS Siap Pasang Badan untuk Qatar, Trump: Netanyahu Tidak Akan Menyerang Lagi
"Penembakan itu begitu intens, situasinya mengerikan, dan roket-roket terus berjatuhan tanpa henti. Ada sekitar 12 roket dalam waktu kurang dari satu menit, tetapi atas kehendak Tuhan ... kami selamat dari agresi ini," katanya.
Ghazi Hamad, dalam wawancara yang sama, menolak keras tekanan dari Amerika Serikat, khususnya pernyataan Trump yang menyiratkan bahwa Israel akan membalas jika sandera Israel di Gaza tidak diperlakukan dengan baik.
“Dia (Trump) tidak membuat kami takut,” kata Hamad, seraya menegaskan bahwa para tawanan diperlakukan “sesuai nilai-nilai kami” dan bahwa nyawa mereka hanya dalam bahaya akibat agresi Israel.
Ia juga menyampaikan bahwa pengalaman Hamas selama proses negosiasi sangat “pahit,” dan menyangsikan netralitas Amerika Serikat dalam konflik ini.
Serangan ini memicu gelombang kecaman luas di dunia Arab dan Islam.
Para pemimpin kawasan berkumpul di Doha dalam pertemuan puncak darurat tak lama setelah insiden. Mereka mengecam serangan Israel sebagai aksi “pengecut” dan pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan kedaulatan Qatar.
Namun, pertemuan itu berakhir tanpa adanya keputusan konkret untuk menanggapi serangan tersebut secara diplomatik maupun strategis.
Netanyahu dan Tuduhan terhadap Qatar
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas membela serangan tersebut.
Dalam konferensi pers, ia menuduh Qatar sebagai “pelindung ” Hamas, dan menyebut bahwa serangan itu “dibenarkan”.
“Qatar terhubung dengan Hamas, melindungi Hamas, dan mendanai Hamas. Mereka memiliki pengaruh kuat, tetapi memilih untuk tidak menggunakannya,” ujar Netanyahu, dikutip dari Al-Arabiya.
Netanyahu juga mengonfirmasi bahwa ia akan bertemu dengan Presiden Trump akhir bulan ini, usai pidatonya di Majelis Umum PBB di New York.
"Trump mengundang saya ke Gedung Putih. Saya akan bertemu dengannya... setelah pidato saya di PBB," kata Netanyahu dalam konferensi pers.
Keduanya dijadwalkan membahas situasi Gaza serta hubungan Israel dengan negara-negara Teluk.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.