Demo Besar Gen Z di Nepal, Gedung Dibakar, Menteri Ditelanjangi dan Diarak
Pada bulan September 2025 ini, demonstrasi skala besar, protes Gen Z terjadi di seluruh Nepal. Sebagian besar diorganisir oleh Gen Z, pelajar
"Semua isu ini membuat pemuda Nepal tidak puas. Mereka tidak melihat pilihan lain selain turun ke jalan," kata Pradhan.
Kekerasan terburuk dalam beberapa dekade
Kerusuhan ini merupakan yang terburuk dalam beberapa dekade di negara Himalaya yang terjepit di antara India dan Tiongkok.
Kerusuhan ini juga jauh lebih keras daripada yang terjadi pada tahun 2006, ketika sebuah pemberontakan memaksa mantan raja Nepal untuk melepaskan kekuasaan otoriternya. Setidaknya 18 orang tewas dalam kekerasan tersebut.
Dua tahun kemudian, parlemen memutuskan untuk menghapuskan monarki.
Selama bertahun-tahun, banyak warga Nepal merasa frustrasi terhadap republik tersebut, dan mengatakan bahwa republik tersebut gagal mewujudkan stabilitas politik.
Sebelumnya pada bulan Maret, dua orang tewas ketika pendukung mantan raja Nepal bentrok dengan polisi selama unjuk rasa di Kathmandu untuk menuntut pemulihan monarki.
Meskipun Oli mengundurkan diri pada hari Selasa, belum jelas apakah para pengunjuk rasa akan berhenti, karena banyak dari mereka juga menuntut pembubaran pemerintah.
Langkah tersebut dapat memperparah ketidakstabilan di Nepal, yang telah memiliki 13 pemerintahan sejak 2008.
“Pengaturan transisi kini perlu segera disusun dan melibatkan tokoh-tokoh yang masih memiliki kredibilitas di mata masyarakat Nepal, khususnya kaum muda,” ujar Ashish Pradhan, penasihat senior di International Crisis Group.
Para pengunjuk rasa menuntut perubahan
Respons kekerasan pasukan keamanan tampaknya semakin memperparah ketegangan. Pada hari Selasa, protes menyebar ke wilayah lain di Nepal, termasuk pinggiran kota Kathmandu.
Demonstran Nima Tendi Sherpa, 19 tahun, ditembak di lengan oleh polisi pada hari Senin. Ia mengatakan protes dimulai dengan damai tetapi berubah menjadi kekerasan ketika pasukan keamanan mulai menembaki para demonstran yang mencoba menerobos barikade polisi.
"Saya tidak punya perasaan buruk terhadap polisi. Mereka hanya menjalankan tugasnya dengan mengikuti perintah. Tapi saya marah dan geram kepada mereka yang memberi perintah itu," kata Sherpa. "Sekarang api sudah menyala, saya yakin api harus terus menyala sampai kita mencapai kebebasan sejati."
Pradhan, editor berita, mengatakan protes terbaru tampaknya memiliki tujuan yang lebih besar dan mencerminkan pemberontakan yang dipimpin pemuda di negara tetangga Bangladesh dan Sri Lanka yang menggulingkan kedua pemerintahan.
"Sepertinya orang-orang sudah muak dengan keadaan yang ada selama ini. Mereka menginginkan perubahan," ujarnya.
SUMBER: X, Wikipedia, Global News
3 Titik Demo Hari Ini di Wilayah Jakarta Pusat, Polisi Kerahkan 5.240 Personel Gabungan |
![]() |
---|
25 Link Twibbon G30S 2025, Lengkap dengan Cara Mudah Unggah di Media Sosial |
![]() |
---|
Penumpang Kereta Didominasi Anak Muda, KAI Bangun E-Sport Center di Stasiun Gambir Jakarta |
![]() |
---|
Kalimat Satir Widiyanti soal Isu Mandi Pakai Air Galon: Ada yang Ingin Jadi Menpar |
![]() |
---|
Atasi Polusi Jabodetabek, Wamendagri Bima Arya Serukan Pejabat Naik Transportasi Publik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.