Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Korea

Lee Jae Myung: Korea Selatan akan Akhiri Aktivitas Militer di Perbatasan dengan Korea Utara

Presiden Lee Jae Myung berjanji memulihkan pakta militer 2018 untuk mengurangi ketegangan di perbatasan Korea Selatan–Korea Utara.

Facebook Lee Jae Myung
PRESIDEN KOREA SELATAN - Gambar diambil dari Facebook Lee Jae Myung pada Senin (4/8/2025), memperlihatkan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung dalam konferensi nasional pada 29 Juli 2025. Pada Jumat (15/8/2025), Lee Jae Myung mengumumkan bahwa pemerintahnya akan mengakhiri sejumlah aktivitas militer di sepanjang perbatasan dengan Korea Utara. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung mengumumkan bahwa pemerintahnya akan mengakhiri sejumlah aktivitas militer di sepanjang perbatasan dengan Korea Utara.

Pernyataan itu disampaikan pada Jumat (15/8/2025) dalam pidato peringatan 80 tahun pembebasan Korea dari penjajahan Jepang.

Presiden Korea Selatan saat ini adalah Lee Jae Myung, seorang tokoh politik yang dikenal vokal, progresif, dan penuh kontroversi.

Lee resmi menjabat sebagai Presiden ke-14 Korea Selatan pada 4 Juni 2025, setelah memenangkan pemilu dengan dukungan luas dari rakyat, terutama kalangan pekerja dan masyarakat kelas bawah.

Pria yang lahir pada 8 Desember 1963, di Andong, Gyeongsang Utara ini berasal dari keluarga miskin, pernah bekerja di pabrik dan mengalami kecelakaan kerja yang menyebabkan cacat permanen di lengan kirinya.

Lee mengatakan langkah tersebut merupakan bagian dari upaya memulihkan Perjanjian Militer Komprehensif 19 September, sebuah pakta de-eskalasi yang ditandatangani pada pertemuan puncak antar-Korea tahun 2018.

Pakta itu mencakup larangan latihan militer di zona perbatasan, penghapusan pos penjagaan, zona larangan terbang, dan pemeliharaan saluran komunikasi langsung.

Namun, perjanjian tersebut sempat ditangguhkan oleh pemerintahan sebelumnya akibat meningkatnya ketegangan.

“Khususnya, untuk mencegah bentrokan tak disengaja dan membangun kepercayaan militer, kami akan mengambil langkah proaktif dan bertahap untuk memulihkan pakta tersebut,” ujar Lee, tanpa menyebutkan tenggat waktu pelaksanaan.

Perjanjian Militer Komprehensif 19 September adalah kesepakatan penting antara Korea Selatan dan Korea Utara yang ditandatangani pada 19 September 2018 di Pyongyang.

Tujuan utamanya adalah mengurangi ketegangan militer di Semenanjung Korea dan mencegah konflik tak disengaja antara kedua negara yang secara teknis masih dalam keadaan perang sejak 1953.

Baca juga: Putin Surati Kim Jong Un, Puji Pasukan Korea Utara yang Heroik Berperang di Ukraina

Perjanjian ini awalnya dianggap sebagai tonggak perdamaian, namun kini berada dalam ketidakpastian karena meningkatnya provokasi dan ketegangan militer.

Reuters melaporkan bahwa Lee juga menegaskan Korea Selatan tidak berniat menyerap Korea Utara dalam proses reunifikasi, dan akan menghormati sistem politik Pyongyang.

Ia menyebut bahwa permusuhan yang berlarut-larut “tidak menguntungkan rakyat di kedua Korea.”

Langkah ini menyusul keputusan Korea Selatan dan Amerika Serikat untuk menunda sebagian latihan militer gabungan tahunan mereka, yang selama ini menjadi sumber ketegangan dengan Korea Utara.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved