Konflik Palestina Vs Israel
Hamas Anggap 'Israel Raya' Hanya Ilusi Palsu Netanyahu dan Zionis
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menganggap visi Israel Raya hanyalah ilusi palsu Perdana Menteri Israel Netanyahu dan para zionis.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
Wilayah yang sudah terkepung dengan tembok tinggi di perbatasannya, menjadi semakin terisolasi dengan terbatasnya bantuan kemanusiaan.
Karena mendapat tekanan internasional, Israel sempat melonggarkan jalur masuk tersebut namun masih terbatas.
Pada 2 Maret 2025, Israel menutup total tiga jalur masuk bantuan di Kerem Shalom, Erez dan Zikim, sementara Rafah dibatasi dengan ketat.
Pemblokiran tersebut menyebabkan kelaparan yang parah di Jalur Gaza, menewaskan setidaknya 101 jiwa per 22 Juli 2025.
Menjelang akhir Juli 2025, di bawah tekanan internasional, Israel akhirnya membuka jalur masuk di perbatasan Gaza.
Meski begitu, bantuan yang diizinkan masuk jumlahnya sangat kecil dibandingkan kebutuhan dua juta penduduk Palestina di wilayah tersebut.
Bersama Amerika Serikat sebagai sekutunya, Israel membentuk sebuah badan khusus bernama Gaza Humanitarian Foundation (GHF) untuk menyalurkan bahan makanan dan kebutuhan pokok bagi warga Palestina.
GHF memiliki titik operasional di beberapa lokasi, antara lain Tal al-Sultan (Rafah, Gaza selatan), Saudi Neighborhood (permukiman di Rafah selatan), Khan Younis (tengah-selatan Gaza), dan Wadi Gaza (barat Gaza tengah, dekat Kota Gaza).
Badan ini mulai beroperasi sejak 26 Mei 2025 dan mengambil alih fungsi ratusan titik distribusi yang sebelumnya dijalankan oleh MIKO PBB.
Namun, di sekitar lokasi GHF, Israel melepaskan tembakan ke arah ratusan warga Palestina yang sedang mencari bantuan.
Sementara itu, negosiasi gencatan senjata yang dimediasi Qatar dan Mesir masih berlangsung dengan lambat.
Media Amerika Axios melaporkan, Israel sedang mempertimbangkan untuk mengirim delegasi tingkat tinggi ke Doha, Qatar, pada akhir pekan ini.
Gencatan senjata terakhir antara Israel dan Hamas terjadi pada 19 Januari 2025 dan bertahan sekitar enam minggu. Perjanjian tersebut merupakan tahap pertama yang menghasilkan pembebasan 33 sandera serta ribuan warga Palestina dalam pertukaran kedua pihak.
Namun, tahap kedua gencatan senjata gagal segera disepakati, sehingga pada Maret 2025 Israel kembali melancarkan serangan mematikan.
Setidaknya 61.776 warga Palestina telah tewas dalam perang genosida Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan pada hari Kamis.
Pernyataan kementerian mengatakan bahwa 54 jenazah, termasuk empat yang ditemukan di bawah reruntuhan, dibawa ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir, sementara 831 orang terluka, sehingga jumlah total korban luka menjadi 154.906 sejak perang dimulai, lapor Anadolu Agency.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.