Senin, 29 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Anggap 'Israel Raya' Hanya Ilusi Palsu Netanyahu dan Zionis

Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menganggap visi Israel Raya hanyalah ilusi palsu Perdana Menteri Israel Netanyahu dan para zionis.

Facebook PM Israel
NETANYAHU BERPIDATO - Foto ini diambil dari Facebook PM Israel pada Rabu (13/8/2025). Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan istrinya Sara (tidak terlihat dalam foto), berpartisipasi dalam peresmian Museum Knesset di Froumine House di Yerusalem pada 12 Agustus 2025. Pada 14 Agustus 2025, Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menganggap visi Israel Raya hanyalah ilusi palsu Perdana Menteri Israel Netanyahu dan para zionis. 

Peta "Israel Raya" muncul pada Januari lalu dalam foto yang diunggah oleh Kementerian Luar Negeri Israel di media sosialnya.

Peta palsu itu menjadi pembenaran Israel tentang "kerajaan Yahudi" yang mencakup wilayah-wilayah "Israel Raya".

Negara-negara Arab seperti Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), Yordania, Palestina, dan Arab Saudi mengecam keras peta tersebut.

Banyak pejabat Israel yang terang-terangan mendukung visi "Israel Raya", seperti Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich yang tampil dengan peta "Israel Raya" di sebuah acara di Paris pada Maret 2023.

Israel menolak menarik diri dari wilayah Palestina, Suriah dan Lebanon yang diduduki selama puluhan tahun.

Israel juga menolak mendirikan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, sesuai perbatasan sebelum tahun 1967.

Selama puluhan tahun, Israel masih menduduki sejumlah wilayah di Tepi Barat dan terus berupaya memperluasnya.

Di Jalur Gaza, Israel masih melancarkan serangannya dan menyalahkan Hamas atas kehancuran serta kelaparan di sana.

Israel menganggap Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas dan kelompok perlawanan lainnya pada 7 Oktober 2023 sebagai pembenaran bagi Israel untuk menjalankan perang genosida di Gaza.

Hamas dan kelompok perlawanan lainnya membobol pertahanan Israel di perbatasan Jalur Gaza dan Israel selatan.

Setidaknya 250 orang ditahan oleh Hamas dan kelompok perlawanan lainnya pada hari peluncuran operasi tersebut.

Per 22 Juni 2025, Israel mengatakan dari sejumlah sandera yang dibebaskan, 50 di antaranya masih ditawan di Gaza.

Hamas menyatakan operasi tersebut merupakan bentuk perlawanan terhadap Israel yang ingin melanggengkan pendudukannya di Palestina sejak pendirian Israel pada tahun 1948 dan mengambil alih kompleks Masjid Al-Aqsa.

Menanggapi operasi tersebut, Israel menutup jalur masuk bantuan di Kerem Shalom (perbatasan Mesir, Gaza, Israel), Rafah (perbatasan Sinai Mesir dan Gaza), dan Erez (perbatasan Gaza utara dan Israel).

Israel mengklaim penutupan jalur masuk tersebut bertujuan menekan Hamas agar menyerah.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan