Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Teror Menghantui Pasukan Israel di Clayton AS, Mobil Dibakar hingga Tulisan: Matilah IDF!

Teror yang dianggap Antisemit di Missouri: Mobil Dibakar dan Grafiti “Matilah IDF” di Rumah Prajurit Israel, Selasa (5/8/2025). 

 (Tangkap layar YouTube First Alert 4)
IDF DITEROR - Teror yang dianggap Antisemit di Missouri: Mobil Dibakar dan Grafiti “Matilah IDF” di Rumah Prajurit Israel, Selasa (5/8/2025). (Tangkap layar YouTube First Alert 4) 

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah aksi teror mengejutkan terjadi di kawasan Clayton, St. Louis, Missouri, Amerika Serikat (AS) pada Selasa malam (5/8/2025) waktu setempat. 

Tiga mobil milik seorang warga negara AS yang baru saja kembali dari tugas bersama Pasukan Pertahanan Israel (IDF) hangus dibakar. 

Mengutip Anadolu Agency, pasukan IDF juga diisi oleh warga dari luar Israel, termasuk dari AS, selama perangnya melawan Hamas di Gaza Palestina.

Sementara terkait teror, di jalan dekat mobil yang terbakar terdapat  grafiti bertuliskan “Matilah IDF” disemprotkan di lingkungan perumahan Westmoreland Avenue.

Insiden tersebut dilaporkan sebagai bagian dari serangan antisemit yang menargetkan individu yang baru saja menyelesaikan masa tugasnya di militer Israel. 

Kepala satuan tugas antisemitisme pada pemerintahan Trump, Leo Terrell, menyebut kejadian itu sebagai “serangan antisemit yang mengerikan”. 

Ia mengungkapkan bahwa tidak lama setelah kembali ke rumah orang tuanya, sang prajurit dan keluarganya langsung menjadi sasaran intimidasi, mengutip Times Of Israel, Rabu (6/8/2025). 

"Saya sangat marah. Kekerasan antisemit tidak punya tempat di Amerika, tidak di St. Louis, dan tidak di mana pun. Jika Anda melakukan kejahatan kebencian antisemit, Anda akan ditangkap dan dimintai pertanggungjawaban,” tegas Terrell di media sosial X, seraya menyebut dirinya telah menghubungi FBI.

Menurut laporan KMOV 4 News, selain grafiti "Matilah IDF", beberapa coretan ancaman lain juga ditemukan dan sebagian besar telah diburamkan karena bersifat pribadi dan mengarah langsung pada korban. 

Salah satu pesan bahkan mengatakan sang prajurit sebagai “pembunuh”.

Kepolisian setempat menyatakan sedang menyelidiki peristiwa ini sebagai kejahatan kebencian, sementara satu orang tersangka telah diamankan. 

Unit pemadam kebakaran merespons kebakaran mobil yang terjadi dan mendukung proses investigasi.

Baca juga: 19 Mantan IDF, Termasuk Kepala Pertahanan Menuntut Diakhiri Perang Gaza, Israel di Ambang Kekalahan

Wali Kota Clayton, Bridget McAndrew, mengecam insiden ini sebagai “tindakan pembakaran yang ofensif dan penuh kekerasan” dan menegaskan bahwa kota tidak akan menoleransi kekerasan berbasis agama, ras, kebangsaan, atau ideologi.

Organisasi-organisasi Yahudi lokal turut mengecam keras aksi tersebut. 

Federasi Yahudi St. Louis menilai bahwa serangan ini bukan sekadar vandalisme, melainkan bentuk nyata intimidasi yang berakar dari kebencian yang terus meningkat terhadap komunitas Yahudi.

“Ketika retorika antisemit dan anti-Israel dinormalisasi di media sosial atau forum publik, dampaknya bisa seperti ini. Ancaman berubah menjadi kekerasan,” ujar Danny Cohn, Presiden dan CEO Federasi Yahudi St. Louis.

Liga Anti-Pencemaran Nama Baik (ADL) menyebut insiden ini sebagai gambaran nyata dari apa yang terjadi ketika seruan seperti “globalisasikan intifada” diwujudkan. 

“Beginilah bentuknya, mobil-mobil yang dibakar di pinggiran kota Amerika," ujar keterangan Jordan Kadosh dari ADL. 

Serangan ini terjadi di tengah lonjakan kejahatan kebencian terhadap komunitas Yahudi di AS. 

Menurut data FBI, tahun 2024 mencatat rekor tertinggi dengan 1.938 insiden kebencian terhadap orang Yahudi, menyumbang 16 persen dari seluruh kejahatan kebencian dan hampir 70 persen dari yang berbasis agama.

Pihak Federasi Yahudi menyatakan tim keamanannya kini bekerja sama dengan penegak hukum untuk memastikan pelaku dihukum dan mencegah insiden serupa terjadi kembali.

“Kami mendesak masyarakat untuk berdiri bersama kami dan menolak antisemitisme dalam bentuk apa pun,” tegas Cohn.

Pihak berwenang belum merilis identitas korban maupun tersangka, namun penyelidikan masih terus berlangsung.

IDF Bunuh Warga Gaza yang Berjuang Cari Makanan di Tengah 

Aksi keji dilakukan IDF di lokasi sistem distribusi bantuan baru yang didukung AS di Gaza. 

Dilaporkan IDF secara rutin menembaki  warga sipil Palestina yang kelaparan dalam tindakan yang merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dankejahatan perang, kata Human Rights Watch hari ini, mengutip laman Human Rights Watch. 

Insiden korban massal telah terjadi hampir setiap hari di atau dekat empat lokasi yang dioperasikan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang beroperasi dalam koordinasi dengan militer Israel. 

Setidaknya 859 warga Palestina telah tewas ketika mencoba mendapatkan bantuan di lokasi GHF antara 27 Mei dan 31 Juli 2025, sebagian besar oleh militer Israel,  menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Situasi kemanusiaan yang mengerikan ini merupakan akibat langsung dari penggunaan  kelaparan warga sipil oleh Israel sebagai senjata perang, sebuah kejahatan perang, serta perampasan  bantuan dan layanan dasar yang terus-menerus dan disengaja oleh Israel. 

Tindakan berkelanjutan yang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pemusnahan, dan tindakan genosida.

"Pasukan Israel tidak hanya sengaja membuat warga sipil Palestina kelaparan, tetapi mereka juga menembaki mereka hampir setiap hari karena mereka mati-matian mencari makanan untuk keluarga mereka," kata  Belkis Wille , direktur krisis dan konflik di Human Rights Watch. 

"Pasukan Israel yang didukung AS dan kontraktor swasta telah menerapkan sistem distribusi bantuan yang cacat dan termiliterisasi yang telah mengubah distribusi bantuan menjadi pertumpahan darah yang rutin."

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved