Senin, 29 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

19 Mantan IDF Termasuk Eks Kepala Pertahanan Tuntut Akhiri Perang Gaza, Israel di Ambang Kekalahan

Lebih dari selusin mantan pejabat senior keamanan Israel mengeluarkan pesan video bersama pada hari Minggu

|
Editor: Muhammad Barir
Noam Revkin Fenton/Flash90
Moshe Yaalon, Lebih dari selusin mantan pejabat senior keamanan Israel mengeluarkan pesan video bersama pada hari Minggu dengan seruan untuk mengakhiri perang di Gaza, dengan alasan bahwa Israel telah mengalami lebih banyak kerugian daripada kemenangan dan bahwa pertempuran telah berlarut-larut karena alasan politik daripada kebutuhan militer strategis. 

19 Mantan Kepala Pertahanan Menuntut Diakhirinya Perang Gaza, Israel di Ambang Kekalahan

TRIBUNNEWS.COM- Lebih dari selusin mantan pejabat senior keamanan Israel mengeluarkan pesan video bersama pada hari Minggu dengan seruan untuk mengakhiri perang di Gaza, dengan alasan bahwa Israel telah mengalami lebih banyak kerugian daripada kemenangan dan bahwa pertempuran telah berlarut-larut karena alasan politik daripada kebutuhan militer strategis.

Di antara 19 pensiunan kepala staf IDF, kepala intelijen, direktur Shin Bet dan Mossad, dan komisaris polisi yang mendukung klip tersebut adalah mantan perdana menteri dan kepala IDF Ehud Barak dan mantan kepala staf IDF Moshe Ya'alon dan Dan Halutz; mantan direktur Shin Bet Nadav Argaman, Yoram Cohen, Ami Ayalon, Yaakov Peri dan Carmi Gillon; mantan kepala Mossad Tamir Pardo, Efraim Halevy dan Danny Yatom; dan mantan komisaris Polisi Israel Dudi Cohen, Moshe Karadi, Rafi Peled dan Assaf Hefetz.

Banyak dari mereka yang ditampilkan dalam video tersebut sebelumnya mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan penanganan perang oleh koalisi.


Lebih dari selusin mantan pejabat senior keamanan Israel mengeluarkan pesan video bersama pada hari Minggu dengan seruan untuk mengakhiri perang di Gaza, dengan alasan bahwa Israel telah mengalami lebih banyak kerugian daripada kemenangan dan bahwa pertempuran telah berlarut-larut karena alasan politik daripada kebutuhan militer strategis.

Di antara 19 pensiunan kepala staf IDF, kepala intelijen, direktur Shin Bet dan Mossad, dan komisaris polisi yang mendukung klip tersebut adalah mantan perdana menteri dan kepala IDF Ehud Barak dan mantan kepala staf IDF Moshe Ya'alon dan Dan Halutz; mantan direktur Shin Bet Nadav Argaman, Yoram Cohen, Ami Ayalon, Yaakov Peri dan Carmi Gillon; mantan kepala Mossad Tamir Pardo, Efraim Halevy dan Danny Yatom; dan mantan komisaris Polisi Israel Dudi Cohen, Moshe Karadi, Rafi Peled dan Assaf Hefetz.

Banyak dari mereka yang ditampilkan dalam video tersebut sebelumnya mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan penanganan perang oleh koalisi.

 

"Masing-masing orang ini duduk dalam rapat kabinet, bekerja di lingkaran dalam, menghadiri semua proses pengambilan keputusan yang paling sensitif," ujar sebuah sulih suara di awal video sebagai pengantar. "Bersama-sama, mereka memiliki pengalaman lebih dari seribu tahun dalam keamanan nasional dan diplomasi."

Para kritikus pemerintah mengatakan Netanyahu menghindari kesepakatan mengenai akhir permanen perang dan pengembalian 50 sandera yang masih ditawan demi mempertahankan koalisinya, yang bergantung pada partai-partai sayap kanan yang bersikeras melanjutkan pertempuran dan yang para pemimpinnya telah menyuarakan keinginan mereka untuk menaklukkan Gaza secara permanen, mengusir penduduknya, dan menempatkannya kembali di pemukiman orang-orang Yahudi.


Dalam video dengan teks terjemahan bahasa Inggris, para pria itu berpendapat bahwa pertempuran di Gaza seharusnya sudah berakhir sejak lama dan menuntut agar Israel mengakhiri perang dengan gencatan senjata permanen dan kesepakatan penyanderaan komprehensif yang akan membebaskan seluruh 50 sandera yang tersisa sekaligus.


"Kita punya kewajiban untuk berdiri dan menyampaikan apa yang perlu kita sampaikan," ujar mantan direktur Shin Bet, Ami Ayalon.

"Perang ini awalnya adalah perang yang adil. Perang ini bersifat defensif. Namun, setelah kita mencapai semua tujuan militernya, setelah kita meraih kemenangan militer yang gemilang melawan semua musuh kita, perang ini bukan lagi perang yang adil. Perang ini membawa Negara Israel pada hilangnya keamanan dan identitasnya."

Mantan kepala intelijen militer Amos Malka berpendapat bahwa Israel “sudah lebih dari setahun melewati titik di mana kita bisa mengakhiri perang dengan pencapaian operasional yang memadai.”

Sebaliknya, mantan direktur Shin Bet Nadav Argaman menyatakan, “Saat ini kami sebagian besar sudah bisa menutupi kerugian.”

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan