Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Prajurit Garis Depan Ukraina Buat Gebrakan Lagi, Kali Ini Ciptakan Robot Penembak Pesawat Rusia

Sebuah unit militer Ukraina mengatakan telah membangun robot baru yang dapat menembak jatuh pesawat Rusia.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
Kostiantyn Liberov via 28th Mechanized Brigade
PRAJURIT GARIS DEPAN - Gambar yang diunggah di akun Telegram Brigade Mekanik ke-28 Ukraina pada 4 Agustus 2025, memperlihatkan sebuah rudal permukaan-ke-udara diluncurkan dari robot darat. Ini diyakini menjadi kali pertama senjata semacam ini digunakan dalam perang Rusia-Ukraina. 

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut operasi ini sebagai “operasi militer khusus” untuk melindungi rakyat Donbas dan “mendemiliterisasi serta denazifikasi Ukraina”.

Ia membantah adanya niat untuk menduduki wilayah Ukraina.

Namun, selama tiga tahun terakhir, Rusia terus melancarkan serangan besar-besaran, termasuk menargetkan infrastruktur sipil penting.

Total korban diperkirakan mencapai ratusan ribu dari kedua belah pihak, meski angkanya tidak bisa diverifikasi secara resmi.

Pada Oktober 2022, Rusia menandatangani perjanjian aneksasi terhadap Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia, meski wilayah-wilayah itu belum sepenuhnya berada di bawah kendali mereka.

Ukraina tetap bertekad merebut kembali seluruh wilayahnya, termasuk Krimea yang telah dianeksasi Rusia sejak 2014.

Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa mencapai kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina adalah prioritas pemerintahannya.

Meski awalnya mengatakan bahwa gencatan senjata bisa tercapai dalam 24 jam, utusan khusus Trump untuk Ukraina, Keith Kellogg, menyatakan pada Januari 2025 bahwa AS menargetkan kesepakatan dalam 100 hari pertama masa jabatan (29 April 2025).

Namun, hingga kini, upaya diplomatik belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

Pada Maret 2025, Ukraina menyetujui gencatan senjata parsial selama 30 hari setelah AS menangguhkan bantuan militer dan intelijen—kebijakan yang kemudian dicabut kembali.

Putin menyatakan bahwa Rusia bersedia mendukung gencatan senjata, termasuk moratorium serangan terhadap infrastruktur energi, tetapi menuntut pemenuhan sejumlah syarat yang menyangkut akar konflik.

Baca juga: Trump Ancam Naikkan Tarif Impor untuk India Akibat Masih Beli Minyak dari Rusia

Rasa frustrasi AS terhadap Rusia pun semakin terlihat.

Pada April 2025, Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Presiden Trump mengisyaratkan bahwa AS siap menghentikan proses perdamaian jika tidak ada kemajuan signifikan.

AS pun mengajukan serangkaian proposal baru yang disebut sebagai “tawaran terakhir”.

Negosiasi masih berlangsung, dan belum jelas apa langkah AS selanjutnya jika kesepakatan tidak tercapai.

Sementara itu, AS dan Ukraina telah menandatangani kesepakatan mineral penting, yang memungkinkan AS mengakses cadangan mineral tanah jarang serta bahan baku strategis lainnya di Ukraina untuk jangka panjang.

(Tribunnews.com/Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved