Konflik Palestina Vs Israel
PBB Ikut Simak Langkah Netanyahu yang Akan Gelar Operasi Kuasai Seluruh Gaza
PBB memperingatkan Netanyahu bahwa langkah tersebut berisiko menimbulkan "konsekuensi bencana" sekaligus mengancam nyawa sandera di Gaza.
Penulis:
Bobby W
Editor:
Endra Kurniawan
Langkah terbaru Netanyahu ini bisa dikatakan peninggalan Perdana Menteri, Ariel Sharon di tahun 2005.
Israel pada kala itu membuat keputusan yang mengguncang tatanan politik Timur Tengah: penarikan pasukan dan pemukim Yahudi secara sepihak dari Jalur Gaza.
Langkah ini bukanlah hasil kesepakatan damai dengan Palestina, melainkan kebijakan unilateral yang diambil tanpa konsultasi dengan Otoritas Palestina.
Keputusan yang diumumkan pada 14 Agustus 2005 itu menandai berakhirnya 38 tahun pendudukan Israel atas Gaza, sekaligus membuka babak baru yang justru memperdalam kompleksitas konflik.
Sharon, seorang tokoh sayap kanan yang dulu dikenal sebagai "Banteng dari Negev" sebelumnya dikenal sebagai arsitek ekspansi pemukiman Yahudi.
Namun demikian, secara tiba-tiba Sharon berbalik arah dari pendiriannya tersebut dengan alasan strategis.
Baca juga: 10 Klaim Israel yang Kental Kebohongan Sejak Dimulainya Perang Gaza pada 7 Oktober
"Gaza tidak bisa dipertahankan sebagai bagian dari Israel dalam jangka panjang," ujarnya dalam pidato bersejarah di Knesset (parlemen Israel) pada 2004.
Bagi Sharon, penarikan diri bukanlah pengakuan atas tuntutan Palestina, melainkan upaya mempertahankan karakter "negara Yahudi" dengan mengurangi jumlah warga Palestina di bawah kendali Israel.
Rencana ini kemudian disebut Unilateral Disengagement Planyang mengharuskan Israel menarik 8.000 pemukim Yahudi dari 21 pemukiman di Gaza dan empat pemukiman di Tepi Barat.
Selain itu, Israel juga menarik semua pasukan militer dari wilayah tersebut.
Namun, di balik narasi "pengakhiran pendudukan", Israel tetap mempertahankan kendali atas perbatasan, wilayah udara, jalur pantai, bahkan sistem utilitas seperti air, listrik, dan komunikasi di Gaza.
Proses penarikan diri berlangsung penuh gejolak.
Pada Agustus 2005, tentara Israel memaksa puluhan pemukim yang menolak pergi dengan mengunci diri di sinagog dan rumah-rumah mereka.
Di Gaza, penduduk Palestina menyambut penarikan pasukan dengan sukacita dengan merobohkan tembok pemisah yang dibuat Israel sembari menginjak-injak reruntuhan pemukiman yang ada.
Namun, kegembiraan itu cepat memudar ketika mereka menyadari bahwa "kemerdekaan" yang diimpikan ternyata tidak sepenuhnya terealisasi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.