Konflik Iran Vs Israel
Iran di Ambang Bencana, Waduk Susut 10 Juta Warga Teheran Hadapi Risiko Krisis Air
Teheran terancama alami “hari nol” dalam beberapa minggu kedepan, momen ketika keran-keran di sebagian besar kota benar-benar mengering akibat krisis
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Sri Juliati
Adapun solusi jangka panjang harus mencakup reformasi sistem pertanian yang menyedot 90 persen pasokan air Iran, daur ulang air limbah, serta pengelolaan sumber daya berbasis iklim.
Solusi jangka panjang memerlukan reformasi ekonomi besar-besaran, seperti mengurangi ketergantungan pada pertanian yang menyerap 90 persen penggunaan air nasional, dan beralih ke sektor jasa serta industri yang lebih efisien secara konsumsi air.
Akan tetapi reformasi tersebut dinilai berat secara politik dan ekonomi, terutama dalam kondisi Iran yang masih dikenakan sanksi internasional.
Lantaran sanksi itu berpotensi membatasi kemampuan Iran untuk mengakses teknologi modern, pendanaan internasional, dan peralatan penting untuk membangun infrastruktur air yang lebih efisien.
Salah Kelola Cadangan Air Jadi Penyebab
Tak hanya cuaca ekstrem, krisis air di Teheran juga disebabkan oleh masalah pengelolaan air yang buruk selama puluhan tahun.
Praktik pertanian yang boros air disebut sebagai salah satu penyebab utama. Saat ini, sekitar 90 persen pasokan air Iran terserap untuk sektor pertanian dengan sistem irigasi yang tidak efisien.
Selain itu, eksploitasi air tanah berlebihan selama beberapa dekade untuk mendukung pertumbuhan populasi telah menyebabkan penurunan akuifer secara signifikan.
Di Teheran, kondisi ini membuat beberapa bagian kota mengalami amblesan tanah hingga puluhan sentimeter setiap tahun.
Penggunaan air perkotaan yang tidak terkendali juga menambah beban. Dengan sistem distribusi yang lemah dan minimnya kebijakan konservasi, konsumsi air di wilayah perkotaan melonjak jauh di atas kapasitas pasokan.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.