Konflik Iran Vs Israel
Iran di Ambang Bencana, Waduk Susut 10 Juta Warga Teheran Hadapi Risiko Krisis Air
Teheran terancama alami “hari nol” dalam beberapa minggu kedepan, momen ketika keran-keran di sebagian besar kota benar-benar mengering akibat krisis
TRIBUNNEWS.COM - Para ahli memperingatkan bahwa Ibu Kota Iran, Teheran, menghadapi ancaman “hari nol” dalam beberapa minggu ke depan, momen ketika keran-keran di sebagian besar kota benar-benar mengering.
Hari Nol adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hari di mana pasokan air bersih sebuah kota atau wilayah turun ke tingkat kritis hingga sistem distribusi tidak lagi mampu mengalirkan air melalui keran ke rumah-rumah dan fasilitas umum.
Pada titik ini, akses air biasanya hanya tersedia melalui pos distribusi darurat dengan jumlah terbatas per orang.
Mengutip CNN International, krisis air mulai dialami Teheran akibat kombinasi kekeringan ekstrem. Suhu di beberapa wilayah bulan ini melonjak di atas 50°C.
Kondisi tersebut diperparah dengan adanya penurunan curah hujan lebih dari 40 persen dibanding rata-rata jangka panjang.
Imbas serangkaian masalah ini hampir semua provinsi di Iran, kapasitas bendungan yang memasok ibu kota hanya tersisa 21 persen.
Hal ini mengancam kehidupan 10 juta jiwa warga Teheran yang sebagian besar mengandalkan pasokan air bendungan buntut kekurangan air yang parah, dengan perkiraan puncaknya pada bulan September atau Oktober 2025
Menteri Energi Iran, Abbas Aliabadi, bahkan mengakui bahwa jika musim hujan tidak datang lebih cepat, negara bisa menghadapi salah satu krisis air terburuk dalam sejarah modernnya.
Sementara Kaveh Madani, Direktur Institut Air PBB, menyebut situasi ini sebagai “peringatan paling serius” bagi Iran.
“Jika bendungan terus menyusut seperti ini tanpa ada pengurangan konsumsi, Teheran bisa kehabisan air sepenuhnya dalam beberapa minggu,” kata Kaveh.
Kebutuhan Air Dipangkas
Baca juga: Iran Gelar Perundingan Nuklir dengan Prancis, Jerman, Inggris di Istanbul
Merespon ancaman tersebut, Pemerintah Iran kini menahan laju konsumsi, dengan cara memangkas tekanan air hingga untuk 80 persen rumah tangga di wilayah Teheran
Selain itu pemerintah turut mengalirkan air tambahan melalui truk tangki dengan tujuan untuk menjaga kebutuhan dasar warga tetap terpenuhi.
Sebagai upaya tambahan, Presiden Masoud Pezeshkian menyetujui penetapan hari libur umum di Provinsi Teheran untuk menekan penggunaan air dan listrik.
Pemerintah bahkan tengah mempertimbangkan langkah ekstrem berupa libur seminggu penuh agar warga meninggalkan kota sementara waktu sehingga permintaan air bisa turun drastis.
Namun para pakar menilai langkah ini hanya solusi darurat, bukan jalan keluar jangka panjang.
Adapun solusi jangka panjang harus mencakup reformasi sistem pertanian yang menyedot 90 persen pasokan air Iran, daur ulang air limbah, serta pengelolaan sumber daya berbasis iklim.
Solusi jangka panjang memerlukan reformasi ekonomi besar-besaran, seperti mengurangi ketergantungan pada pertanian yang menyerap 90 persen penggunaan air nasional, dan beralih ke sektor jasa serta industri yang lebih efisien secara konsumsi air.
Akan tetapi reformasi tersebut dinilai berat secara politik dan ekonomi, terutama dalam kondisi Iran yang masih dikenakan sanksi internasional.
Lantaran sanksi itu berpotensi membatasi kemampuan Iran untuk mengakses teknologi modern, pendanaan internasional, dan peralatan penting untuk membangun infrastruktur air yang lebih efisien.
Salah Kelola Cadangan Air Jadi Penyebab
Tak hanya cuaca ekstrem, krisis air di Teheran juga disebabkan oleh masalah pengelolaan air yang buruk selama puluhan tahun.
Praktik pertanian yang boros air disebut sebagai salah satu penyebab utama. Saat ini, sekitar 90 persen pasokan air Iran terserap untuk sektor pertanian dengan sistem irigasi yang tidak efisien.
Selain itu, eksploitasi air tanah berlebihan selama beberapa dekade untuk mendukung pertumbuhan populasi telah menyebabkan penurunan akuifer secara signifikan.
Di Teheran, kondisi ini membuat beberapa bagian kota mengalami amblesan tanah hingga puluhan sentimeter setiap tahun.
Penggunaan air perkotaan yang tidak terkendali juga menambah beban. Dengan sistem distribusi yang lemah dan minimnya kebijakan konservasi, konsumsi air di wilayah perkotaan melonjak jauh di atas kapasitas pasokan.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.