Terungkap Jepang Tawarkan Pembangunan PLTN ke Indonesia saat Kunjungan PM Kishida
Reaktor SMR yang ditawarkan Jepang merupakan reaktor modular generasi baru dengan struktur lebih ringkas
Laporan Wartawan Tribunnews.com Ricard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Jepang diam-diam menawarkan kerja sama pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) kepada Indonesia saat kunjungan mantan Perdana Menteri Fumio Kishida ke Jakarta, 4 Mei 2025 lalu.
Tawaran ini menjadi bagian dari dorongan Jepang untuk kembali mengekspor teknologi nuklirnya, terutama reaktor generasi baru Small Modular Reactor (SMR).
Informasi ini diungkap media Jepang Mainichi pada Kamis (31/7/2025), yang menyebutkan bahwa sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Malaysia, telah mendekati Jepang untuk menjajaki kerja sama pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Indonesia sendiri telah merancang kontribusi energi nuklir dalam peta jalan nasional.
Dalam National Energy Grand Strategy 2060, pemerintah menargetkan PLTN berkontribusi sekitar 15 GW kapasitas listrik terpasang atau 14–15 persen dari total bauran energi nasional pada 2060.
Baca juga: Mengenal Gempa Bumi Megathrust yang Mengguncang Kamchatka Rusia, Seberapa Besar Dampaknya?
Berikut tahapan rencana Indonesia:
- 2025–2035 (Pra-komersial): Desain reaktor, studi lokasi, perizinan, dan penguatan regulasi
- 2035–2045 (Fase I): Konstruksi dan operasi reaktor pertama (1–2 GW)
- 2045–2060 (Skala Penuh): Penambahan reaktor bertahap hingga mencapai target 15 GW
-
Jepang Dorong Ekspor SMR Lewat Aliansi dengan AS
Reaktor SMR yang ditawarkan Jepang merupakan reaktor modular generasi baru dengan struktur lebih ringkas, biaya lebih rendah, dan risiko kecelakaan lebih kecil dibanding reaktor konvensional.
Reaktor ini juga dapat dibangun lebih cepat dan cocok untuk negara berkembang dengan sistem kelistrikan tersebar seperti Indonesia.
Perusahaan Jepang seperti Hitachi kini menggandeng General Electric (GE) dari Amerika Serikat untuk mengembangkan SMR secara global.
Salah satu proyeknya sudah dimulai di Ontario, Kanada, pada Mei lalu, dengan target mulai beroperasi di akhir 2030-an.
Lewat kolaborasi Jepang–AS, ekspor SMR juga menjadi instrumen geopolitik untuk menghadang pengaruh teknologi nuklir dari China dan Rusia di kawasan Asia Tenggara.
Baca juga: 5 Fakta Gempa M 8,8 di Rusia: Ahli Prediksi Gempa Susulan M 7,5 Selama Sebulan ke Depan
Indonesia Sudah Gandeng Rusia, Korsel, Jepang, dan AS
Sejauh ini, Indonesia telah menjalin nota kerja sama dengan sejumlah negara dan lembaga nuklir dunia, antara lain: Rosatom – Rusia; KAERI – Korea Selatan; JAEA – Jepang dan NuScale & US Department of Energy – Amerika Serikat.
Lokasi yang pernah dipertimbangkan untuk pembangunan PLTN meliputi Kalimantan Timur (karena kedekatan dengan Ibu Kota Negara/IKN Nusantara), Bangka Belitung, Jepara (dekat lokasi PLTU Muria), serta pulau-pulau kecil untuk proyek SMR pilot.
Penawaran Jepang juga tak lepas dari dorongan internal politik Negeri Sakura. Pejabat dari Aliansi Parlemen Partai Demokrat Liberal (LDP) Jepang yang mempromosikan kerangka kerja Asia Zero Emission Community (AZEC)—yang melibatkan Jepang, Australia, dan 9 negara Asia Tenggara—turut mendukung kerja sama ini.
Anggap Kanada dan Australia Melakukan Provokasi di Selat Taiwan, China Kerahkan Jet Tempur |
![]() |
---|
Laporan PBB Sebut Anak-anak di Tibet Semakin Jarang Gunakan Bahasa Ibu |
![]() |
---|
Apa Itu SEABlings, Istilah Viral di Tengah Demonstrasi di Indonesia: Wujud Solidaritas Asia Tenggara |
![]() |
---|
6 Negara dengan Gaji Polisi Tertinggi di ASEAN, Indonesia Ada di Posisi Berapa? |
![]() |
---|
Kisah Victor Lai: Bagi Waktu antara Bulu Tangkis dan Studi Kuliah hingga Raih Medali Kejuaraan Dunia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.