Kamis, 2 Oktober 2025

Terungkap Jepang Tawarkan Pembangunan PLTN ke Indonesia saat Kunjungan PM Kishida

Reaktor SMR yang ditawarkan Jepang merupakan reaktor modular generasi baru dengan struktur lebih ringkas

Editor: Eko Sutriyanto
HO
PERTEMUAN PRABOWO ISHIBA - Mantan Perdana Menteri Fumio Kishida (kedua dari kanan) bertemu dengan Presiden RI Prabowo (tengah) sebagai utusan khusus Perdana Menteri Shigeru Ishiba tanggal 4 Mei 2025 beserta politisi LDP lainnya 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Ricard Susilo dari Jepang 

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Jepang diam-diam menawarkan kerja sama pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) kepada Indonesia saat kunjungan mantan Perdana Menteri Fumio Kishida ke Jakarta, 4 Mei 2025 lalu.

Tawaran ini menjadi bagian dari dorongan Jepang untuk kembali mengekspor teknologi nuklirnya, terutama reaktor generasi baru Small Modular Reactor (SMR).

Informasi ini diungkap media Jepang Mainichi pada Kamis (31/7/2025), yang menyebutkan bahwa sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Malaysia, telah mendekati Jepang untuk menjajaki kerja sama pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir.

Indonesia sendiri telah merancang kontribusi energi nuklir dalam peta jalan nasional.

Dalam National Energy Grand Strategy 2060, pemerintah menargetkan PLTN berkontribusi sekitar 15 GW kapasitas listrik terpasang atau 14–15 persen dari total bauran energi nasional pada 2060.

Baca juga: Mengenal Gempa Bumi Megathrust yang Mengguncang Kamchatka Rusia, Seberapa Besar Dampaknya?

Berikut tahapan rencana Indonesia:

  • 2025–2035 (Pra-komersial): Desain reaktor, studi lokasi, perizinan, dan penguatan regulasi
  • 2035–2045 (Fase I): Konstruksi dan operasi reaktor pertama (1–2 GW)
  • 2045–2060 (Skala Penuh): Penambahan reaktor bertahap hingga mencapai target 15 GW
Jepang Dorong Ekspor SMR Lewat Aliansi dengan AS

Reaktor SMR yang ditawarkan Jepang merupakan reaktor modular generasi baru dengan struktur lebih ringkas, biaya lebih rendah, dan risiko kecelakaan lebih kecil dibanding reaktor konvensional.

Reaktor ini juga dapat dibangun lebih cepat dan cocok untuk negara berkembang dengan sistem kelistrikan tersebar seperti Indonesia.

Perusahaan Jepang seperti Hitachi kini menggandeng General Electric (GE) dari Amerika Serikat untuk mengembangkan SMR secara global.

Salah satu proyeknya sudah dimulai di Ontario, Kanada, pada Mei lalu, dengan target mulai beroperasi di akhir 2030-an.

Lewat kolaborasi Jepang–AS, ekspor SMR juga menjadi instrumen geopolitik untuk menghadang pengaruh teknologi nuklir dari China dan Rusia di kawasan Asia Tenggara.

Baca juga: 5 Fakta Gempa M 8,8 di Rusia: Ahli Prediksi Gempa Susulan M 7,5 Selama Sebulan ke Depan

Indonesia Sudah Gandeng Rusia, Korsel, Jepang, dan AS

Sejauh ini, Indonesia telah menjalin nota kerja sama dengan sejumlah negara dan lembaga nuklir dunia, antara lain: Rosatom – Rusia;  KAERI – Korea Selatan;  JAEA – Jepang dan NuScale & US Department of Energy – Amerika Serikat.

Lokasi yang pernah dipertimbangkan untuk pembangunan PLTN meliputi Kalimantan Timur (karena kedekatan dengan Ibu Kota Negara/IKN Nusantara), Bangka Belitung, Jepara (dekat lokasi PLTU Muria), serta pulau-pulau kecil untuk proyek SMR pilot.

Penawaran Jepang juga tak lepas dari dorongan internal politik Negeri Sakura. Pejabat dari Aliansi Parlemen Partai Demokrat Liberal (LDP) Jepang yang mempromosikan kerangka kerja Asia Zero Emission Community (AZEC)—yang melibatkan Jepang, Australia, dan 9 negara Asia Tenggara—turut mendukung kerja sama ini.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved