Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

3 Negara OTW Akui Palestina Sisakan AS sebagai DK PBB, Sudah Muak Agresi Militer Israel

Langkah Prancis dan Inggris ini akan menjadikan Amerika Serikat sebagai satu-satunya anggota tetap yang tidak mengakui negara Palestina.

Yedioth Ahronoth
SERANGAN ISRAEL - Situasi di kawasan Shijaiyah di Jalur Gaza setelah diserang Israel pada hari Rabu, 9 April 2025. Langkah Prancis dan Inggris ini akan menjadikan Amerika Serikat sebagai satu-satunya anggota tetap yang tidak mengakui negara Palestina. 

Di dalam negeri, langkah Carney menuai reaksi beragam.

Hampir 200 mantan diplomat Kanada menandatangani surat terbuka yang mendukung pengakuan Palestina, menyatakan bahwa nilai-nilai kemanusiaan Kanada “diabaikan setiap hari” di Gaza dan Tepi Barat.

Partai Konservatif Kanada mengecam langkah tersebut.

“Mengakui negara Palestina setelah kekejaman teroris 7 Oktober mengirimkan pesan yang salah kepada dunia,” bunyi pernyataan resmi mereka.

Carney menyatakan bahwa ia telah berbicara langsung dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas sebelum pengumuman ini.

Ia menegaskan bahwa pengakuan kenegaraan Palestina bukanlah hadiah politik, melainkan bagian dari strategi diplomatik untuk mengakhiri penderitaan rakyat Gaza.

Kelaparan Akut di Gaza

Pada Rabu (30/7/2025), Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas melaporkan tujuh kematian tambahan akibat malnutrisi di Gaza.

Sebelumnya, Trump mengakui adanya “kelaparan nyata” di wilayah tersebut dan menyatakan bahwa pemerintahannya tengah bekerja sama dengan Israel untuk mengatasi situasi tersebut.

Baca juga: Sekutu AS Beda Pendapat dengan Donald Trump untuk Paksa Perubahan Diplomatik Soal Gaza

Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dijadwalkan bertemu dengan para pejabat Israel hari ini.

Langkah Kanada dinilai dapat memperumit posisi diplomatik AS dalam meredakan ketegangan di Timur Tengah.

Genosida Gaza Masuki Hari ke-661, Korban Tewas Tembus 60.000 Orang

Genosida di Jalur Gaza terus berlangsung tanpa henti.

Pada hari ke-661 sejak dimulainya agresi besar-besaran Israel, jumlah korban jiwa telah mencapai angka yang mengerikan.

Menurut data terbaru yang diperbarui pada 29 Juli 2025, sebanyak 60.034 orang tewas akibat serangan militer Israel.

Sebagian besar korban adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.

Selain korban tewas, setidaknya 145.870 orang mengalami luka-luka, Middle East Monitor melaporkan.

Banyak di antaranya mengalami cedera serius dan cacat permanen akibat

pemboman tanpa henti, runtuhnya bangunan, serta minimnya akses medis.

Situasi kemanusiaan di Gaza kini berada pada titik paling kritis.

Kementerian Kesehatan Gaza juga mencatat lebih dari 11.000 orang dinyatakan hilang, banyak di antaranya dikhawatirkan tertimbun di bawah reruntuhan.

Sebagian besar fasilitas kesehatan telah hancur, dan rumah sakit yang tersisa kewalahan menangani jumlah korban yang terus berdatangan.

Serangan Israel dimulai pada Oktober 2023, menyusul eskalasi besar konflik setelah serangan balasan oleh kelompok bersenjata Palestina terhadap pendudukan dan blokade yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Sejak saat itu, wilayah Gaza dibombardir hampir setiap hari dengan dukungan logistik dan militer dari negara-negara sekutu Israel.

Banyak pihak, termasuk organisasi HAM internasional seperti Amnesty International dan Human Rights Watch, telah menyebut tindakan ini sebagai "genosida terbuka".

Hingga kini, Dewan Keamanan PBB belum berhasil mengeluarkan resolusi penghentian agresi karena veto dari beberapa anggota tetap.

Laporan ini menyoroti bahwa krisis Gaza tak hanya soal konflik militer, tetapi juga menyangkut pelanggaran besar terhadap hukum humaniter internasional.

Masyarakat internasional terus mendesak gencatan senjata permanen dan dibukanya akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Sementara itu, tekanan publik terhadap negara-negara pendukung Israel semakin meningkat.

Baca juga: Sekjen Hizbullah, Sheikh Naim Qassem Menolak Pelucutan Senjata dan Menyerahkannya kepada Israel

Unjuk rasa pro-Palestina terus terjadi di berbagai belahan dunia, menuntut keadilan dan pengakuan terhadap penderitaan rakyat Gaza.

Jika tidak ada langkah konkret dalam waktu dekat, jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah.

Konflik ini telah menjadi salah satu tragedi kemanusiaan terbesar abad ke-21.

(Tribunnews.com/ Chrysnha, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved