Konflik Thailand Vs Kamboja
Menteri Agrikultur Thailand Sebut Penembakan Massal di Bangkok Tak Terkait dengan Konflik Kamboja
Atthakorn menyebut pelaku diketahui sebagai seorang pria berusia 61 tahun yang sebelumnya bekerja sebagai petugas keamanan di TKP
Berbeda dengan negara ASEAN lainnya, Thailand memiliki sejarah penembakan massal yang cukup menyita perhatian seperti insiden Nong Bua Lamphu (2003) dan Korat (2020).
Tragedi Nong Bua Lamphu melibatkan penyerang warga sipil yang menewaskan 18 orang di sekolah dasar, sementara insiden Korat 2020 dilakukan anggota militer yang mencuri senjata dan menewaskan 29 orang.
Penembakan massal di Thailand umumnya dipicu konflik pribadi, bukan ideologi ekstremis.
Aturan kepemilikan senjata di Thailand sendiri sangat ketat bagi warga sipil.
Warga yang ingin memiliki senjata api memerlukan izin khusus dan alasan mendesak seperti profesi berisiko.
Namun, anggota militer dan polisi memiliki akses mudah ke senjata api tanpa pengawasan ketat.
Insiden Korat mengungkap celah keamanan dalam pengelolaan senjata militer yang rentan disalahgunakan.
Pemerintah kemudian memperketat protokol penyimpanan senjata di markas militer pasca-2020.
Skrining psikologis rutin juga diterapkan bagi personel bersenjata untuk mencegah penyalahgunaan.
Meski demikian, regulasi kepemilikan senjata untuk sipil tetap tidak longgar dan melibatkan verifikasi latar belakang ketat.
Warga harus mengajukan alasan spesifik seperti pekerjaan sebagai satpam atau petani berisiko.
Kepemilikan senjata ilegal masih terjadi melalui jalur gelap dari institusi militer ke pasar gelap.
Peristiwa di Korat pada tahun 2020 memicu debat tentang perlunya pembatasan lebih ketat terhadap akses senjata militer.
Namun, upaya ini sering menghadapi resistensi dari institusi militer yang berpengaruh di Thailand.
Masalah kesehatan mental juga menjadi faktor, karena pelaku kerap memiliki riwayat gangguan psikologis.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.