Konflik Rusia Vs Ukraina
Krisis Personel Memburuk, Rusia Memperketat Kontrol Perbatasan Terhadap Pria Wajib Militer
Pengetatan kontrol terhadap para pria wajib militer ini dilakukan Rusia dengan memberikan akses langsung kepada FSB
Krisis Personel Memburuk, Rusia Memperketat Kontrol Perbatasan terhadap Pria Wajib Militer
TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang Rusia dilaporkan memperluas upaya untuk mencegah pria yang wajib militer meninggalkan negara tersebut.
Pengetatan kontrol terhadap para pria wajib militer ini dilakukan Rusia dengan memberikan akses langsung kepada dinas keamanan nasional (FSB) terhadap data pendaftaran militer, termasuk panggilan wajib militer elektronik, saluran berita Telegram pro-Kremlin, Mash, melaporkan Rabu (23/7/2025).
"Pria yang menjalani wajib militer kini menghadapi pengawasan ketat di bandara dan titik penyeberangan perbatasan darat, demikian laporan Mash, yang diyakini terafiliasi dengan FSB, badan keamanan setara FBI-nya Amerika Serikat.
Baca juga: Ukraina Cetak Rekor Serangan Drone ke Rusia: Bandara-Bandara Ditutup, 140 Penerbangan Dibatalkan
Krisis Personel Memburuk
Pengetatan pengawasan terhadap para wajib militer ini diyakini karena Rusia mengalami perburukan krisis personel atas perang melawan Ukraina yang kini sudah memasuki tahun ketiga.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada Februari 2022, jumlah tentara Rusia yang tewas telah mencapai angka yang sangat besar.
Menurut data dari Angkatan Bersenjata Ukraina dan beberapa lembaga intelijen Barat, hingga pertengahan 2025 diperkirakan sekitar 250.000 tentara Rusia telah tewas dalam konflik ini.
Jumlah ini mencakup prajurit reguler, pasukan cadangan, dan warga sipil yang direkrut sebagai tentara. Selain itu, total korban militer Rusia—termasuk yang luka-luka—diperkirakan mencapai 750.000 hingga 900.000 orang.
Strategi militer Rusia yang dikenal sebagai “penggiling daging”—mengirimkan gelombang tentara ke garis depan tanpa perlindungan memadai—telah menyebabkan tingginya angka kematian.
Banyak dari mereka adalah warga sipil yang direkrut secara paksa atau tahanan yang dijanjikan pengampunan.
Taktik ini, meski efektif dalam menguras sumber daya Ukraina, juga menimbulkan kerugian besar di pihak Rusia.
Bahkan, lebih dari setengah armada tank aktif Rusia sebelum perang dilaporkan telah hancur di medan tempur.
Meski mengalami kerugian besar, Rusia belum menunjukkan tanda-tanda menyerah.
Negara itu justru beradaptasi dengan membentuk “ekonomi perang total,” mengalihkan industri sipil ke sektor militer dan memperkuat aliansi dengan negara-negara seperti Tiongkok dan Iran.
Propaganda domestik dan kontrol informasi yang ketat juga membantu menjaga stabilitas sosial internal.
Konflik Rusia Vs Ukraina
Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.302: Denmark Beli Senjata Presisi Cegah Ancaman Rusia |
---|
Balas Dendam, Intelijen Ukraina Akui Jadi Pelaku Ledakan di Dekat Vladivostok Rusia |
---|
Ditonton Perwira AS, Rusia dan Belarus Gelar Simulasi Serangan Nuklir yang Bikin NATO Meriang |
---|
Putin Berseragam Militer, Pantau Latihan Gabungan Rusia-Belarusia |
---|
Update Kasus Ledakan Pipa Gas Nord Stream 2022, Italia Ekstradisi Seorang Warga Ukraina ke Jerman |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.