Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Pakai Tank dan Penembak Jitu Tembaki Kerumunan Warga Gaza yang Cari Bantuan, WFP Kecam Keras

WFP mengecam kekerasan yang meletus di Gaza utara, ketika warga Palestina berusaha mencapai konvoi truk pengangkut makanan.

Penulis: Nuryanti
Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English
TRUK BANTUAN - Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Sabtu (28/6/2025) yang menampilkan 140 truk bantuan telah memasuki Gaza di bawah perlindungan warga Palestina, membawa muatan tepung, obat-obatan, persediaan darah, dan bantuan pangan darurat. WFP mengecam kekerasan yang meletus di Gaza utara, ketika warga Palestina berusaha mencapai konvoi truk pengangkut makanan. 

TRIBUNNEWS.COM - Program Pangan Dunia (WFP) menuduh Israel menggunakan tank, penembak jitu, dan senjata lainnya untuk menembaki kerumunan warga Palestina yang mencari bantuan pangan di Gaza, Minggu (20/7/2025).

Badan pangan PBB itu, menggambarkan dalam apa yang dikatakan Kementerian Kesehatan Gaza sebagai salah satu hari paling mematikan bagi para pencari bantuan dalam lebih dari 21 bulan perang.

Israel dan Hamas masih terlibat dalam perundingan gencatan senjata, tetapi tampaknya belum ada terobosan dan belum jelas apakah gencatan senjata akan menghentikan perang secara permanen.

WFP dalam sebuah pernyataan mengecam kekerasan yang meletus di Gaza utara, ketika warga Palestina berusaha mencapai konvoi truk pengangkut makanan.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan setidaknya 80 orang tewas dalam insiden tersebut.

Militer Israel mengatakan telah melepaskan tembakan peringatan "untuk menghilangkan ancaman langsung," tetapi mempertanyakan jumlah korban tewas yang dilaporkan oleh warga Palestina.

Diberitakan AP News, tuduhan oleh lembaga bantuan besar yang secara umum memiliki hubungan kerja baik dengan Israel didasarkan pada keterangan para saksi dan pihak lain, yang juga mengatakan Israel menembaki kerumunan.

Pertumpahan darah yang terjadi akibat akses bantuan menyoroti situasi yang semakin genting bagi warga Gaza yang telah berjuang mati-matian mencari makanan dan bantuan lainnya, karena perang yang telah mengguncang wilayah tersebut belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

Tank Israel Masuki Deir al-Balah di Gaza

Tank-tank Israel memasuki distrik selatan dan timur kota Deir al-Balah di Gaza untuk pertama kalinya pada Senin (21/7/2025).

Sumber-sumber Israel mengatakan militer yakin beberapa sandera yang tersisa mungkin masih ditawan di area tersebut.

Dilansir Arab News, area tersebut dipenuhi warga Palestina yang mengungsi selama lebih dari 21 bulan perang di Gaza.

Baca juga: Israel Murka, Visa Pejabat PBB Diblokir Usai Kecam Serangan di Gaza

Ratusan di antaranya melarikan diri ke barat atau selatan setelah Israel mengeluarkan perintah evakuasi yang menyatakan Israel berusaha menghancurkan kapabilitas dan infrastruktur Hamas.

Penembakan tank di area tersebut menghantam rumah-rumah dan masjid, menewaskan tiga warga Palestina dan melukai beberapa lainnya, kata petugas medis setempat.

Di selatan, di Khan Younis, serangan udara Israel menewaskan lima orang, termasuk sepasang suami istri dan dua anak mereka yang berada di dalam tenda.

Sumber-sumber Israel mengatakan alasan tentara sejauh ini tidak memasuki distrik Deir al-Balah adalah karena mereka menduga Hamas mungkin menyandera orang-orang di sana.

Setidaknya 20 dari 50 sandera yang tersisa di Gaza diyakini masih hidup.

Keluarga para sandera telah menyatakan keprihatinan mereka terhadap kerabat mereka dan menuntut penjelasan dari tentara tentang bagaimana mereka akan melindungi mereka.

Perang Gaza

Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.

Sebanyak 50 orang masih berada di Gaza, tetapi diperkirakan kurang dari setengahnya masih hidup.

Serangan militer Israel telah menewaskan lebih dari 59.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Penghitungan tersebut tidak membedakan antara militan dan warga sipil, tetapi kementerian tersebut menyatakan lebih dari separuh korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Kementerian tersebut merupakan bagian dari pemerintahan Hamas, tetapi PBB dan organisasi internasional lainnya menganggapnya sebagai sumber data korban yang paling dapat diandalkan.

Baca juga: Paus Leo XIV Minta Perang Diakhiri setelah Israel Serang Gereja Katolik di Gaza

KEHANCURAN TOTAL - Foto tangkap layar RNTV pada Senin (14/7/2025) yang menunjukkan kehancuran total di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel.
KEHANCURAN TOTAL - Foto tangkap layar RNTV pada Senin (14/7/2025) yang menunjukkan kehancuran total di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel. (RNTV/Tangkap Layar)

Populasi Palestina di Gaza yang berjumlah lebih dari 2 juta jiwa berada dalam krisis kemanusiaan yang dahsyat, dan kini sangat bergantung pada bantuan terbatas yang diizinkan masuk ke wilayah tersebut.

Banyak orang telah mengungsi berkali-kali.

Israel dan Hamas telah mengadakan perundingan gencatan senjata di Qatar.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali menegaskan bahwa perluasan operasi militer Israel di Gaza akan menekan Hamas dalam negosiasi.

Kini 25 negara termasuk Inggris, Prancis, dan sejumlah negara Eropa mengeluarkan pernyataan bersama pada hari Senin yang mengatakan perang di Gaza “harus diakhiri sekarang” dan Israel harus mematuhi hukum internasional.

Baca juga: Hamas: Berton-ton Bantuan Menumpuk di Rafah, Israel Biarkan Gaza Kelaparan

Para menteri luar negeri dari berbagai negara, termasuk Australia, Kanada, dan Jepang, mengatakan bahwa “penderitaan warga sipil di Gaza telah mencapai titik yang sangat dalam” dan mengutuk “penurunan bantuan dan pembunuhan tidak manusiawi terhadap warga sipil, termasuk anak-anak, yang sedang berusaha memenuhi kebutuhan paling dasar mereka, yaitu air dan makanan.”

“Model pemberian bantuan pemerintah Israel berbahaya, memicu ketidakstabilan, dan merampas martabat manusia warga Gaza,” kata pernyataan itu.

"Penolakan pemerintah Israel atas bantuan kemanusiaan esensial bagi penduduk sipil tidak dapat diterima. Israel harus mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum humaniter internasional," tambahnya.

Para penandatangannya termasuk menteri luar negeri dari sekitar 20 negara Eropa serta Kanada, Australia, dan Selandia Baru, serta komisaris Uni Eropa untuk kesetaraan, kesiapsiagaan, dan manajemen krisis.

AS dan Jerman tidak menandatangani pernyataan tersebut.

Para penandatangan menyerukan gencatan senjata segera, dan menambahkan bahwa mereka siap mengambil tindakan untuk mendukung jalur politik menuju perdamaian di wilayah tersebut.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved