3 Hari Hujan Tanpa Henti di Korea Selatan Tewaskan 4 Orang dan 1.300 Lebih Warga Dievakuasi
Hujan deras yang terus mengguyur Korea Selatan selama tiga hari terakhir telah menewaskan sedikitnya empat orang.
TRIBUNNEWS.COM - Hujan deras yang terus mengguyur Korea Selatan selama tiga hari terakhir telah menewaskan sedikitnya empat orang.
Hujan deras mengakibatkan banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah hingga memaksa lebih dari 1.300 warga mengungsi.
Otoritas Korea Selatan memperingatkan bahwa kondisi cuaca ekstrem ini diperkirakan masih akan berlanjut hingga Sabtu, 19 Juli 2025, dikutip dari BBC.
Menurut Kementerian Keselamatan dan badan cuaca Korea Selatan, curah hujan yang turun di beberapa wilayah selatan dan barat negara itu telah melampaui 400 milimeter dalam 24 jam.
Ini adalah angka yang memecahkan rekor dan hanya terjadi sekali dalam satu abad.
Kota Seosan di pantai barat tercatat sebagai wilayah dengan dampak paling parah.
Di Gwangju, hujan dengan intensitas lebih dari 426 mm memaksa warga meninggalkan rumah, tempat usaha, bahkan kendaraan mereka.
"Semuanya terendam air kecuali atap rumah saya," tulis seorang warga di media sosial.
Seorang pemilik kafe berusia 26 tahun mengaku tak bisa membuka kembali usahanya karena bau menyengat dari selokan pascabanjir.
"Saya belum pernah melihat banjir di sini sebelumnya, karena tidak ada sungai di lingkungan ini," jelasnya.
Baca juga: Sikap Mulia Juara Dunia, Seo Seung-jae Sumbang Setengah Miliar Lebih ke Rumah Sakit Korea Selatan
Korban Jiwa dan Cedera
Empat orang dilaporkan tewas dalam kejadian ini.
Dua pria lansia berusia 80-an menjadi korban, salah satunya meninggal saat mencoba menguras air banjir dari ruang bawah tanah rumahnya.
Korban ketiga, seorang pengemudi, tewas ketika tembok pinggir jalan setinggi 10 meter runtuh dan menimpa mobilnya di Osan, sekitar 44 km dari Seoul.
Beberapa menit sebelumnya, korban sempat menelepon istrinya dan mengatakan mobilnya "tersapu ombak".
Korban keempat dilaporkan meninggal akibat serangan jantung.
Sementara itu, satu orang masih dinyatakan hilang, dan beberapa lainnya mengalami luka, termasuk dua penderita hipotermia dan dua orang dengan cedera kaki.
Pemerintah Tingkatkan Status Darurat
Melihat dampak yang semakin meluas, pemerintah telah menaikkan peringatan bencana cuaca ke tingkat tertinggi.
Pihak berwenang mengimbau masyarakat menjauhi daerah rawan seperti tepi sungai, lereng curam, dan ruang bawah tanah.
Risiko tanah longsor dan banjir bandang dinilai masih sangat tinggi.
Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung dalam rapat darurat hari Jumat (18/7), menyatakan bahwa meskipun bencana alam tidak bisa dicegah sepenuhnya, kerugian dan korban jiwa masih dapat diminimalkan melalui peringatan dan respons cepat.
Baca juga: Korea Selatan Diserbu Kutu Cinta, Warga Terganggu Meski Sebenarnya Tidak Berbahaya
"Saya melihat beberapa kasus di mana korban jiwa terjadi karena respons yang buruk, padahal situasinya sebenarnya cukup dapat diprediksi," tegasnya, dikutip dari Channel News Asia.
Ia pun memerintahkan seluruh lembaga untuk mengerahkan semua sumber daya yang tersedia.
Badan meteorologi menjelaskan bahwa kondisi cuaca ekstrem ini disebabkan oleh pertemuan antara udara panas dan lembap dari selatan dengan udara kering dari barat laut.
Kombinasi ini menciptakan awan hujan yang sangat besar dan intens.
Meski saat ini hujan masih terus turun di sejumlah wilayah, para peramal cuaca memperkirakan suhu tinggi akan kembali minggu depan, dengan kemungkinan terjadinya gelombang panas.
(Tribunnews.com/Farra)
Artikel Lain Terkait Korea Selatan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.