Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Kembali Gunakan Bom Cluster, PBB Catat Lonjakan Korban Sipil di Ukraina

PBB laporkan korban sipil di Ukraina naik 37 persen pada 2025, dipicu serangan Rusia dengan bom cluster ke kota-kota.

Selebaran / DVIDS / AFP
BOM CLUSTER. Gambar selebaran tertanggal 20 September 2016 milik DVIDS yang diperoleh pada 7 Juli 2023 menunjukkan pita putus, puluhan amunisi 155mm Base Burn Dual Purpose Improved Conventional Munitions menunggu untuk dimuat ke howitzer self-propelled Paladin M109A6 dan Kendaraan Pendukung Artileri Medan M992 di Baterai Alpha, Batalyon 1, Resimen Artileri Lapangan ke-82, Tim Tempur Brigade Lapis Baja ke-1, kolam motor Divisi Kavaleri ke-1 di Camp Hovey, Korea Selatan. Amerika Serikat mengumumkan pada 7 Juli 2023 bahwa mereka akan memberikan amunisi tandan ke Ukraina untuk pertama kalinya saat pasukan Kyiv terus maju dengan serangan balasan terhadap pasukan Rusia. PBB laporkan korban sipil di Ukraina naik 37 persen pada 2025, dipicu serangan Rusia dengan bom cluster ke kota-kota. (Foto arsip 2016/2023/Selebaran / DVIDS / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Rusia semakin intens menyerang kota-kota Ukraina dengan amunisi tandan (cluster munitions), memicu lonjakan korban sipil.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat jumlah korban sipil di Ukraina pada 2025 naik 37 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebagian besar akibat penggunaan senjata peledak jarak jauh di area padat penduduk.

Dikutip dari Kyiv Independent, amunisi tandan adalah senjata yang melepaskan bom-bom kecil ke area luas, menimbulkan cedera maksimum tanpa pandang bulu.

Senjata ini dilarang dalam Konvensi Amunisi Tandan 2008 yang ditandatangani 124 negara, meski Rusia, Ukraina, dan Amerika Serikat bukan penandatangan.

“Sebagian besar amunisi tandan yang digunakan di dunia saat ini digunakan oleh Rusia di Ukraina," ungkap Mary Wareham dari Human Rights Watch.

Kementerian Luar Negeri Ukraina menyebut penggunaannya sebagai bagian dari "kebijakan teror Moskow" terhadap rakyat sipil.

Sejak 2022, otoritas Ukraina mendokumentasikan sedikitnya 5.974 serangan Rusia dengan bom tandan.

Beberapa serangan menonjol karena jumlah korban besar, termasuk:

  • Kyiv (17 Juni 2025): 30 orang tewas, 172 terluka.
  • Rekaman video menunjukkan bom tandan ditembakkan melalui rudal jelajah.
  • Kryvyi Rih (4 April 2025): 20 orang tewas, termasuk sembilan anak-anak.
  • PBB menyebut serangan ini yang paling mematikan terhadap anak-anak sejak invasi skala penuh.
  • Sumy (13 April 2025): 35 orang tewas, 117 terluka akibat dua rudal balistik yang menghantam pusat kota saat hari raya keagamaan.

Serangan lain juga dilaporkan di Kharkiv (18 April), Chuhuiv (23 Mei), desa di Oblast Sumy (26 Mei), dan Dobropillia (7 Maret), yang menewaskan 11 orang dan melukai 48.

Menurut laporan PBB pada 30 Juni, banyak lokasi serangan tidak menunjukkan adanya target militer, meski Rusia mengklaim menyerang sasaran militer.

Baca juga: Rusia Sebut Ukraina Ledakkan Gudang Militer di Krimea, setelah Serang Belgorod Pakai Amunisi Tandan

Para ahli menilai metode Rusia makin canggih, dengan bom tandan diluncurkan lewat artileri, rudal balistik, jelajah, serta drone—termasuk Shahed-136 buatan Iran dan Geran-2 buatan Rusia.

Ukraina kesulitan menghadapi skala serangan ini karena keterbatasan sistem pertahanan udara dan pencegat.

Dr Marina Miron dari King's College London menyebut Rusia juga memakai umpan dan peperangan elektronik untuk melewati pertahanan Ukraina.

Di sisi lain, Ukraina juga menggunakan amunisi tandan yang dipasok AS sejak 2022 dalam serangan balasan, seperti di Kharkiv.

Namun, laporan PBB menyebut data penggunaan Ukraina di wilayah sipil yang diduduki sulit diverifikasi karena keterbatasan akses pemantauan independen.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved