Senin, 29 September 2025

Konflik Iran Vs Israel

Teheran Jadi Kota Mati: Dentuman Rudal Bangunkan Tia dari Tidur, Tangis Pecah di Asrama

Tangisan pecah di kamar-kamar asrama. Internet mulai dibatasi, komunikasi dengan keluarga hampir mustahil.

Via Jerussalem Post
ISRAEL SERANG IRAN - Serangan yang dilaporkan oleh IDF di Iran pada 13 Juni 2025. /Foto tangkapan layar X. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Subuh itu, Jumat dini hari 13 Juni 2025, suasana Kota Teheran mendadak berubah mencekam. Sekitar pukul 03.00 waktu setempat, militer Israel melancarkan serangan udara ke sejumlah target strategis di ibu kota Iran, termasuk markas Garda Revolusi dan fasilitas komunikasi.

Ledakan menggelegar membangunkan Tia, seorang mahasiswi asal Jawa Timur yang tengah menempuh studi Bahasa Farsi di sana.

“Pagi itu cuma dua kali (suara ledakan), selama pagi-sore kita enggak ada dengar apa-apa lagi. Belum ada kepanikan yang signifikan, tapi saya sudah mulai cek emergency bag dan stok makanan,” ujar Tia, saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (24/6/2025), usai dievakuasi pemerintah RI.

Serangan Israel itu menjadi awal dari eskalasi konflik bersenjata terbuka antara dua negara musuh bebuyutan, Israel dan Iran.

Dalam 10 hari berikutnya, kedua belah pihak saling membalas dengan peluncuran rudal yang menewaskan ratusan korban jiwa.

Di pihak Iran, sedikitnya 217 orang dilaporkan tewas, sebagian besar adalah warga sipil. Sementara Israel kehilangan 41 tentara, sebagian besar dalam serangan balasan Iran ke Kota Haifa dan wilayah selatan negara tersebut.

Baca juga: Tak Percaya Janji Israel, Iran Siagakan Militer Hadapi Kemungkinan Pelanggaran Gencatan Senjata

Tangis dan Kekalutan di Asrama

Hari-hari setelah serangan pertama menjadi mimpi buruk bagi para warga sipil, termasuk warga negara Indonesia.

Bagi Tia dan rekan-rekannya di asrama, setiap dentuman yang terdengar menjadi sinyal ketakutan baru.

Pada hari keempat, ia memutuskan meninggalkan asrama usai mengetahui sebuah hotel yang hanya berjarak 750 meter dari tempat tinggalnya hancur dibom.

“Saya putuskan pergi ke KBRI karena sore sebelumnya ada satu hotel yang dibom, jaraknya kurang lebih 750 meter dari asrama. Lalu, juga sudah banyak teman-teman saya yang keluar dari asrama,” ungkapnya.

Situasi berubah drastis. 

Tangisan pecah di kamar-kamar asrama. Internet mulai dibatasi, komunikasi dengan keluarga hampir mustahil.

“Di Kota Teheran sudah kayak kota mati, jadi kita mau bertahan di sana atau mau ke kota lain sudah riskan,” ujar Tia lirih.

Kota Mati dan Keterasingan Digital

Hari demi hari, Teheran kian sunyi. Pusat kota lengang, toko tutup, SPBU tak beroperasi, dan bank tak melayani publik. Hanya aplikasi lokal Iran yang tersisa untuk komunikasi, membuat WNI merasa benar-benar terisolasi.

“Di sekitar KBRI saja, pertokoan, bank, SPBU dan jalanan mulai sepi di hari kelima dan keenam,” kata Tia.

Baca juga: Bobol Rumah dan Lukai Pemilik, Tiga WNI Tanpa Izin Tinggal Dicokok Polisi Jepang

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan