Sabtu, 4 Oktober 2025

Kerusuhan di Amerika Serikat

Dikira Demonstran, Jurnalis Inggris Ditembak Polisi saat Liput Demo ICE di Los Angeles

Jurnalis Inggris Nick Stern ditembak polisi dengan flash bang saat liput demo damai di LA, meski sudah pakai kartu pers.

YouTube CBS NEWS
PROTES DI LA - Tangkapan layar momen para pengunjuk rasa menyerang iring-iringan mobil polisi di daerah Los Angeles, California, Amerika Serikat pada Jumat (6/6/2025). Seorang jurnalis foto asal Inggris, Nick Stern, ditembak polisi saat meliput demo menentang ICE di Los Angeles. Meski mengenakan tanda pengenal pers, ia diduga disangka demonstran dan kini menjalani operasi darurat akibat luka parah di paha. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang jurnalis foto asal Inggris, Nick Stern, mengalami luka serius setelah tertembak oleh aparat kepolisian saat meliput aksi unjuk rasa di Los Angeles, Amerika Serikat.

Insiden itu terjadi pada Sabtu (7/6/2025) malam.

Seperti diketahui, para demonstran turun ke jalan untuk memprotes penggerebekan besar-besaran yang dilakukan oleh Imigrasi dan Bea Cukai Amerika Serikat (ICE).

Stern, yang dikenal sebagai fotografer dokumenter dan kontributor untuk media internasional, berada di lokasi protes sebagai bagian dari liputannya.

Ia mengenakan kartu identitas pers yang tergantung jelas di lehernya dan membawa kamera profesional besar.

Meski berpenampilan jelas sebagai awak media, ia menjadi korban penembakan oleh pihak kepolisian.

Menurut penuturan Stern, ia sedang berdiri di belakang sekelompok pengunjuk rasa yang damai ketika tiba-tiba sebuah proyektil mengenai pahanya.

“Saya berdiri di belakang demonstran yang damai, tak ada yang melempar apapun, hanya melambaikan bendera Meksiko,” ujarnya dari ranjang rumah sakit dalam wawancara dengan People.

“Tiba-tiba saya merasakan sakit luar biasa di paha. Saya langsung jatuh dan tahu ada yang salah.”

Belakangan diketahui bahwa proyektil tersebut merupakan alat peledak jenis flash bang yang ditembakkan dalam selongsong plastik keras.

Alat ini umumnya digunakan untuk membubarkan kerumunan, tetapi jika ditembakkan langsung ke tubuh, bisa menyebabkan cedera serius.

Baca juga: Dulu Minta Trump Dimakzulkan, Kini Elon Musk Balik Dukung Usai Kerusuhan di Los Angeles

Stern langsung dilarikan ke Long Beach Memorial Medical Center oleh petugas medis setelah dibantu oleh beberapa demonstran yang melihat kejadian itu.

Ia sempat kehilangan kesadaran karena rasa sakit dan kehilangan darah yang cukup banyak.

“Proyektil itu masuk cukup dalam ke otot paha saya,” katanya.

Keesokan harinya, tim dokter melakukan operasi untuk mengangkat benda asing sepanjang hampir tiga inci dari dalam kakinya.

Setelah operasi, Stern tidak bisa berjalan dan harus menjalani perawatan intensif termasuk terapi fisik serta pemberian antibiotik kuat untuk mencegah infeksi.

“Saya akan pulang dengan selang penyedot cairan di kaki selama dua minggu,” katanya. “Untungnya, istri saya seorang perawat, jadi dia bisa bantu rawat saya.”

Insiden ini bukan kali pertama Nick Stern mengalami kekerasan saat menjalankan tugas jurnalistik.

Pada tahun 2020, saat meliput demonstrasi Black Lives Matter, ia juga sempat tertembak peluru busa oleh aparat.

Kali ini, menurutnya, eskalasi kekerasan terasa jauh lebih ekstrem.

“Pers di Los Angeles sepertinya memang ditargetkan,” ujarnya kepada BBC.

“Ini bukan yang pertama kali, dan tampaknya tidak ada perubahan berarti sejak 2020. Sangat memalukan melihat ini terjadi lagi.”

Meski terluka parah, Stern tetap berkomitmen untuk kembali meliput aksi-aksi publik setelah pulih.

“Dokumentasi atas apa yang terjadi di AS saat ini sangat penting secara sosial, politik, dan budaya,” tegasnya.

“Saya tidak akan berhenti hanya karena satu insiden ini.”

Baca juga: Trump Kirim 700 Marinir ke Los Angeles di Tengah Protes Imigrasi yang Memanas

Pihak Sheriff County Los Angeles menyatakan bahwa mereka sedang menyelidiki kejadian ini.

Pihak berwenang juga meninjau semua rekaman video untuk memastikan apakah personel mereka yang menembakkan alat tersebut.

Dalam pernyataan resmi kepada People, kantor sheriff menyatakan komitmennya terhadap transparansi dan perlindungan terhadap kebebasan pers.

Selain Stern, beberapa jurnalis lain juga dilaporkan mengalami kekerasan dalam liputan demonstrasi terbaru di wilayah Los Angeles.

Lauren Tomasi, seorang jurnalis asal Australia, juga tertembak oleh polisi dari lembaga lain saat melakukan siaran langsung dari lokasi protes.

Gelombang unjuk rasa ini dipicu oleh meningkatnya deportasi imigran tak berdokumen setelah Presiden Donald Trump kembali menjabat.

Trump diketahui telah mengerahkan 2.000 personel Garda Nasional ke California untuk mendukung operasi ICE, yang memicu kekhawatiran dan kemarahan luas dari warga lokal.

“Komunitas di LA sangat erat,” kata Stern.

“Jadi kalau ada aparat luar seperti ICE masuk dan ‘mengambil’ orang-orang, itu jelas akan memicu kemarahan.”

Stern sendiri telah tinggal di Amerika Serikat sejak 2007 dan telah meliput berbagai peristiwa penting di negara itu.

Kini, setelah insiden ini, ia menambah daftar panjang jurnalis internasional yang menjadi korban kekerasan polisi di Amerika Serikat. 

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved