Senin, 6 Oktober 2025

Langgar Tradisi, Jepang Pertimbangkan Impor Beras demi Stabilitas Harga

Koizumi menegaskan bahwa kebijakan ini hanya akan dilakukan dalam kondisi kekurangan pasokan

Editor: Eko Sutriyanto
Richard Susilo
IMPOR BERAS - Menteri pertanian Shinjiro Koizumi saat berbicara di parlemen kemarin (6/6/2025). 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Produk yang selama ini dianggap “suci” di Jepang, yaitu beras, akhirnya akan dibuka untuk impor dengan alasan darurat.

Langkah ini diambil menyusul tingginya harga beras di dalam negeri yang tak kunjung mereda.

Menteri Pertanian Jepang Shinjiro Koizumi, menyampaikan hal tersebut saat rapat parlemen (Diet) pada Kamis (6/6/2025).

Ia menyatakan bahwa impor darurat diperlukan untuk menekan harga dan menjaga ketersediaan beras di pasaran.

“Kita perlu menurunkan harga beras, salah satunya dengan mengimpor beras secara darurat dari luar negeri,” ujar Koizumi.

Dalam konferensi pers usai rapat Kabinet di hari yang sama, Koizumi menegaskan bahwa kebijakan ini hanya akan dilakukan dalam kondisi kekurangan pasokan.

Ia juga menyinggung bahwa produk lain seperti telur dan kubis saat ini tengah mengalami kelangkaan serupa.

Baca juga: Indonesia dan Prancis Jadi Destinasi Paling Diminati, Termasuk Juga dengan AS, Jepang, dan Lain-lain

Impor beras selama ini menjadi wilayah yang sangat dilindungi pemerintah Jepang.

Koizumi menyadari bahwa langkah ini berpotensi memicu penolakan, terutama dari kalangan petani yang menentang liberalisasi pasar beras.

“Jika kita tidak mengambil tindakan terhadap kenaikan harga, masyarakat bisa mulai menjauh dari konsumsi beras,” ungkapnya.

Koizumi juga menyatakan pentingnya memberikan sinyal kuat kepada pasar, termasuk melalui intervensi verbal saat ia turun langsung mengecek harga di lapangan.

Namun demikian, ia juga menyadari bahwa beras merupakan komoditas yang sensitif, bahkan disebut sebagai "tabu" dalam urusan perdagangan.

Jepang memiliki rekam jejak menolak penghapusan tarif beras, termasuk dalam negosiasi Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) maupun Perjanjian Perdagangan Jepang-AS.

Oleh karena itu, wacana impor darurat tetap menjadi isu kontroversial dan berisiko tinggi secara politik maupun ekonomi.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved