Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik India dan Pakistan

Harga Saham Chengdu Melonjak 40 Persen Hitungan Hari, Berkat J-10C Buatan China Dipakai Pakistan

Pada malam yang menegangkan awal bulan ini, jet tempur Chengdu J-10C milik Tiongkok, yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Pakistan

Editor: Muhammad Barir
DSA/Tangkap Layar
NAIK DAUN - Jet tempur J-10C milik Pakistan yang tengah naik daun lantaran dilaporkan menembak jatuh jet Rafale India buatan Perancis. J-10 adalah jet buatan China yang disebut-sebut dibantu Israel secara teknis dalam pengembangannya. 

Kontras ini menyoroti taruhan tinggi dalam pertempuran udara modern, di mana hasil medan perang dapat membentuk kembali persepsi keunggulan teknologi. Analis pertahanan, termasuk Yang Zi dari Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam, telah mencatat bahwa keberhasilan J-10C berfungsi sebagai "bukti positif bagi kualitas senjata buatan China."

Kemampuan jet tersebut untuk bersaing dengan platform Barat menggarisbawahi kemajuan pesat Tiongkok dalam teknologi kedirgantaraan, sebuah tren yang telah terbukti sejak penerbangan perdana J-10 hampir tiga dekade lalu.

Di luar implikasi finansial, debut tempur J-10C memiliki konsekuensi geopolitik. Industri pertahanan Tiongkok telah melakukan modernisasi secara agresif, dengan investasi pada jet tempur generasi kelima seperti J-20 dan amunisi canggih seperti PL-15.

Performa J-10C memperkuat posisi China sebagai pemasok senjata utama, menantang dominasi eksportir tradisional seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Prancis. Bagi negara-negara dengan anggaran pertahanan terbatas, J-10C menawarkan alternatif yang menarik bagi jet Barat, yang menggabungkan kemampuan modern dengan keterjangkauan.

Daya tarik ini terlihat jelas pada Pameran Udara Dubai 2024, di mana Tim Aerobatik 1 Agustus Tiongkok memamerkan J-10C untuk menarik pembeli internasional, menurut The National Interest.

Pertempuran ini juga menyoroti sifat pertempuran udara yang terus berkembang, di mana sensor canggih dan rudal jarak jauh semakin menentukan. Radar AESA dan rudal PL-15 J-10C memungkinkannya untuk menyerang target dari luar jangkauan visual, sebuah taktik yang sejalan dengan tren global menuju peperangan yang berpusat pada jaringan.

Dalam latihan tahun 2019 hingga 2021, J-10C dilaporkan mengungguli Su-35 Rusia dan J-16 milik China, menunjukkan kemampuannya untuk mendeteksi dan menyerang target sebelum dirinya sendiri terdeteksi.


Kemenangan simulasi ini, dikombinasikan dengan keberhasilannya di dunia nyata, menunjukkan bahwa J-10C sangat sesuai dengan tuntutan pertempuran udara modern. Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa ketergantungan jet pada satu mesin dan kurangnya kemampuan siluman sejati dapat membatasi efektivitasnya terhadap pesawat tempur generasi kelima seperti F-35.

Ke depannya, pengalaman tempur J-10C kemungkinan akan menjadi dasar bagi peningkatan di masa mendatang. Tiongkok memiliki sejarah dalam mengulang desainnya, seperti yang terlihat pada perkembangan J-10 dari J-10A awal menjadi J-10C saat ini. Peningkatan yang mungkin dapat mencakup fitur siluman yang lebih baik, mesin yang lebih bertenaga, atau integrasi dengan sistem tanpa awak, seperti pesawat nirawak “loyal wingman”.

J-20, jet tempur siluman generasi kelima China, sudah dilengkapi beberapa teknologi ini, dan pelajaran dari debut tempur J-10C dapat mempercepat penerapannya. Namun, kerahasiaan China seputar program militernya membuat sulit untuk memprediksi laju perkembangan ini.

Seperti yang dicatat oleh pakar pertahanan Justin Bronk, kinerja J-10C menandainya sebagai “jet tempur generasi 4,5,” tetapi dampak jangka panjangnya akan bergantung pada investasi berkelanjutan dan keberhasilan operasional.


Munculnya J-10C sebagai platform yang telah teruji dalam pertempuran juga menimbulkan pertanyaan tentang pasar senjata global. Dengan angkatan udara Pakistan yang sangat bergantung pada peralatan China—80% perlengkapan militernya berasal dari China, menurut Business Insider—negara tersebut menjadi tempat uji coba bagi ambisi Beijing.

Keberhasilan J-10C dapat menghasilkan kesepakatan ekspor baru, khususnya di Afrika dan Timur Tengah, di mana militer yang sadar biaya tengah mencari alternatif untuk sistem Barat. Namun, persaingan tetap ketat, dengan Su-35 Rusia dan F-16 Amerika terus menarik pembeli. Biaya yang lebih rendah dan fitur-fitur modern J-10C memberinya keunggulan, tetapi kurangnya catatan tempurnya hingga saat ini telah menjadi penghalang untuk adopsi yang lebih luas.

Implikasi yang lebih luas dari peluncuran perdana J-10C meluas hingga ke keseimbangan kekuatan udara di Asia dan sekitarnya. Kemampuan China untuk memproduksi dan mengekspor pesawat tempur canggih menantang keunggulan teknologi yang telah lama dimiliki oleh negara-negara Barat.

AS, misalnya, mengandalkan kemampuan siluman dan fusi sensor F-35 untuk mempertahankan superioritas udara, tetapi kinerja J-10C menunjukkan bahwa China tengah memperkecil kesenjangan, setidaknya dalam kategori generasi 4,5.

Bagi negara-negara yang lebih kecil, pilihan antara J-10C senilai $40 juta dan Rafale atau F-35 senilai $100 juta bukan hanya masalah keuangan tetapi juga strategis, yang menandakan keselarasan dengan China atau Barat. Dinamika ini terbukti dalam keputusan Pakistan untuk mengakuisisi J-10C, sebuah langkah yang memperdalam hubungan militernya dengan Beijing.

Seiring meredanya debu dari debut tempur J-10C, dampaknya terhadap harga saham Chengdu Aircraft Corporation dan industri pertahanan China tidak dapat disangkal. Keberhasilan jet tersebut telah memvalidasi investasi selama bertahun-tahun dalam teknologi dalam negeri, mulai dari mesin WS-10B hingga rudal PL-15.

Namun, masih ada pertanyaan tentang keberlanjutan lonjakan pasar ini. Akankah kinerja J-10C menghasilkan kesuksesan ekspor jangka panjang, atau apakah ini hanya momen kemenangan sesaat?

Jawabannya akan bergantung pada kemampuan Tiongkok untuk membangun pencapaian ini, baik secara teknologi maupun diplomatik, saat berupaya membentuk kembali lanskap pertahanan global. Untuk saat ini, Naga yang Bersemangat telah meraung, dan dunia mendengarkannya.

 

SUMBER: BULGARIAN MILITARY

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved