Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik India dan Pakistan

Harga Saham Chengdu Melonjak 40 Persen Hitungan Hari, Berkat J-10C Buatan China Dipakai Pakistan

Pada malam yang menegangkan awal bulan ini, jet tempur Chengdu J-10C milik Tiongkok, yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Pakistan

Editor: Muhammad Barir
DSA/Tangkap Layar
NAIK DAUN - Jet tempur J-10C milik Pakistan yang tengah naik daun lantaran dilaporkan menembak jatuh jet Rafale India buatan Perancis. J-10 adalah jet buatan China yang disebut-sebut dibantu Israel secara teknis dalam pengembangannya. 

Desain pesawat ini terinspirasi dari program-program sebelumnya, termasuk proyek Lavi Israel yang dibatalkan, tetapi J-10C adalah produk khas Tiongkok. Konfigurasi canard-delta-nya, yang menampilkan canard yang dipasang di depan dan sayap delta, meningkatkan stabilitas aerodinamis dan pengendalian pada kecepatan rendah.

Jet ini juga dilengkapi fitur siluman, seperti saluran masuk supersonik tanpa pengalih dan material penyerap radar, meskipun bukan jet tempur siluman sejati seperti F-35 Amerika atau J-20 milik China. Dibandingkan dengan F-16, J-10C menawarkan kemampuan multiperan serupa dengan biaya lebih rendah, dengan banderol harga yang diperkirakan mencapai $40-50 juta per unit, menurut laporan GlobalData tahun 2022.


Sebaliknya, Rafale, yang harganya mencapai $100 juta, memiliki mesin ganda dan perangkat perang elektronik yang lebih tangguh, tetapi tidak memiliki harga yang terjangkau seperti J-10C. Efektivitas biaya ini membuat J-10C menarik bagi negara-negara seperti Pakistan, yang mengakuisisi 25 jet tempur pertamanya pada tahun 2022, dengan pengiriman dimulai pada bulan Maret tahun itu.

Debut tempur J-10C terjadi selama bentrokan udara yang singkat namun intens, di mana jet tempur itu dilaporkan terlibat dalam pertempuran udara dengan pesawat-pesawat canggih Barat. Meskipun rinciannya masih sedikit, pejabat Pakistan mengklaim jet-jet tempur J-10C mereka, yang dipersenjatai dengan rudal PL-15, berhasil menjatuhkan beberapa pesawat India, termasuk jet-jet tempur Rafale buatan Prancis.

Sumber intelijen AS, yang dikutip secara anonim dalam entri Wikipedia yang diperbarui pada 12 Mei 2025, menyatakan "keyakinan tinggi" bahwa J-10C bertanggung jawab atas sedikitnya dua pembunuhan, termasuk Rafale

Pertempuran yang berlangsung hanya beberapa jam itu menunjukkan kemampuan jet untuk beroperasi secara efektif di lingkungan dengan ancaman tinggi, memanfaatkan radar AESA dan rudal jarak jauhnya untuk menyerang dari jarak jauh.

Kinerja ini, yang dilaporkan oleh media seperti Nikkei Asia dan Business Insider, membuat saham Chengdu Aircraft Corporation melonjak, dengan saham naik dari 59,23 yuan pada tanggal 6 Mei ke puncak 88,88 yuan pada tanggal 9 Mei, kenaikan 50 persen dalam tiga hari, menurut Investing.com.

Lonjakan saham mencerminkan reaksi pasar yang lebih luas terhadap validasi J-10C di medan perang. Chengdu Aircraft Corporation, yang didirikan pada tahun 1958 sebagai Pabrik Nasional ke-132, telah lama menjadi landasan kompleks industri militer Tiongkok.

Portofolio perusahaan tersebut tidak hanya mencakup J-10 tetapi juga JF-17 Thunder, yang dikembangkan bersama dengan Pakistan, dan pesawat tempur siluman J-20. Keberhasilan J-10C telah meningkatkan kepercayaan investor terhadap kemampuan Chengdu untuk memproduksi pesawat kelas dunia, terutama untuk pasar ekspor.

Pakistan, yang menyumbang lebih dari 60% ekspor senjata China antara tahun 2020 dan 2024, menurut Stockholm International Peace Research Institute, adalah pembeli terbesar perangkat keras militer China. 
Performa J-10C telah memicu minat dari negara-negara lain, dengan Mesir, Aljazair, dan Arab Saudi dilaporkan terlibat dalam pembicaraan untuk memperoleh jet tersebut, sebagaimana disebutkan dalam artikel National Interest tahun 2024.

Secara historis, keberhasilan dalam pertempuran sering kali menghasilkan keuntungan pasar bagi produsen pertahanan. 

Misalnya, F-15 Eagle buatan Amerika mengalami lonjakan pesanan setelah penampilannya yang dominan dalam Perang Lebanon 1982, di mana ia berhasil melakukan banyak pembunuhan tanpa satu pun kerugian. Demikian pula, reputasi F-16 semakin kokoh selama Operasi Badai Gurun pada tahun 1991, yang menghasilkan keberhasilan ekspor selama beberapa dekade.

Keterlibatan J-10C baru-baru ini mengikuti pola ini, dengan kemampuannya untuk menyerang dan dilaporkan mengalahkan pesawat Barat yang canggih seperti Rafale, mengirimkan pesan yang jelas kepada calon pembeli.

Rafale, pesawat tempur bermesin ganda yang diperkenalkan oleh Angkatan Laut Prancis pada tahun 2001, terkenal karena keserbagunaannya dan sistem elektroniknya yang canggih. Kerugian yang dilaporkan dalam pertempuran ini, meskipun dibantah oleh pejabat India, telah menimbulkan pertanyaan tentang kinerjanya dibandingkan dengan alternatif yang hemat biaya seperti J-10C.

Respons pasar keuangan cepat dan tegas. Sementara saham Chengdu meroket, saham Dassault Aviation, produsen Rafale, anjlok lebih dari 5% pada 7 Mei, menurut laporan dari ProPakistani.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved