Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
Ragukan Komitmen Trump, Macron Tingkatkan Kerjasama Militer antara Prancis dan Polandia
Komitmen AS terhadap NATO di bawah kepemimpinan Donald Trump yang meragukan buat Emmanuel Macron ambil manuver kerjasama antara Prancis dan Polandi
TRIBUNNEWS.COM - Tanda tanya terkait komitmen Presiden Amerika Serikat (AS) terhadap pertahanan militer negara-negara Eropa terutama bagi anggota NATO membuat Prancis mengambil kebijakan alternatif.
Komitmen AS terhadap keamanan Eropa di bawah kepemimpinan Donald Trump yang kian hari kian diragukan membuat Prancis dan Polandia sepakat menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan dan energi pada Jumat ini (9/5/2025).
Adapun penandatanganan yang digelar di Nancy, Prancis ini bertepatan dengan momen simbolis yakni 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II.
Penandatangan kerjasama tersebut juga bertepatan dengan pawai militer besar Rusia yang dihadiri Presiden China, Xi Jinping.
Dikutip dari Reuters, Penandatanganan kerjasama ini menjadi upaya Presiden Prancis, Emmanuel Macron untuk memperkuat solidaritas Eropa di tengah ketidakpastian global.
Dengan latar belakang eskalasi ketegangan Rusia-China dan kebijakan proteksionisme AS, perjanjian ini mencerminkan pergeseran dinamika keamanan internasional yang semakin kompleks.
Langkah ini sendiri diambil Prancis di tengah keraguan terhadap komitmen jangka panjang Trump untuk keamanan Eropa.
Sejak awal masa jabatannya, Trump kerap mempertanyakan keterlibatan AS di setiap pembahasan topik terkait NATO.
Trump bahkan sempat menyebut aliansi AS dengan NATO merupakan produk "usang" dan menyebut dukungan militer ke Eropa hanya membuat anggaran negaranya kian "boncos".
Simbiosis Mutualisme Prancis dan Polandia
Dikutip dari Reuters, langkah Prancis untuk mempererat kerjasama di bidang militer ini disambut antusias oleh Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk.
Baca juga: Intelijen Belanda: Putin Siap Perang Lawan NATO dalam Setahun Pasca-Konflik Rusia-Ukraina Berakhir
Tusk menegaskan bahwa perjanjian ini mencakup klausul bantuan bersama jika salah satu negara diserang.
Selain itu, melalui perjanjian ini, Tusk mengaku negaranya cukup diuntungkan karena akan mendapatkan perluasan payung nuklir Prancis yang kini juga akan melindungi Polandia.
"Dari pengalaman saya, ketentuan dalam perjanjian ini revolusioner bagi keselamatan kami," kata Tusk dalam konferensi pers sebelum pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Perjanjian dengan Prancis ini juga menjadi langkah strategis untuk memperkuat posisi geopolitik Polandia di kawasan Eropa Timur.
Sementara bagi Prancis, Kerjasama ini meningkatkan strategi keamanan nasional Prancis yang lebih luas dengan menjadikan Polandia sebagai sekutu terdekatnya.
Hal ini terjadi mengingat Polandia merupakan negara anggota NATO dengan anggaran militer tertinggi.
Polandia tercatat yang menghabiskan 4,12 persen dari PDB-nya untuk pertahanan.
Bagi Prancis, perjanjian ini juga menjadi upaya mereka untuk meningkatkan pengaruhnya di Eropa Tengah, terutama setelah sebelumnya mereka juga menjalin kerja sama serupa dengan Italia, Spanyol, dan Jerman
Macron, yang sebelumnya menyatakan kesiapan Prancis membagikan kemampuan nuklirnya dengan negara Eropa lain, menegaskan bahwa langkah ini tidak dimaksudkan menggantikan jaminan keamanan AS
Ia menegaskan langkah ini dilakukan untuk melengkapi pertahanan kolektif jika menghadapi ancaman luar.
Hal ini sejalan dengan visinya untuk membangun "kedaulatan strategis Eropa" yang mandiri, meski tetap dalam kerangka aliansi transatlantik
Sindiran Macron untuk Trump

Sebelumnya Emmanuel Macron juga secara blak-blakan mencibir komitmen Trump untuk NATO.
Sindiran itu disampaikan Macron kala ia menegaskan bahwa Prancis adalah "sekutu yang loyal dan teguh" di NATO pada 6 Maret 2025 lalu.
Dikutip dari Le Monde, ucapan tersebut dilontarkan Macron setelah Presiden AS Donald Trump mempertanyakan kesiapan anggota aliansi untuk membela Amerika Serikat.
"Kami selalu ada untuk satu sama lain. Prancis telah menunjukkan rasa hormat dan persahabatan kepada AS, dan kami berhak mendapatkan hal yang sama" sindir Macron kepada Trump dalam konferensi pers di Brussels usai pertemuan para pemimpin Uni Eropa kala itu.
Ucapan kontroversial Macron ini muncul di tengah ketegangan geopolitik yang semakin kompleks antara Uni Eropa dan Rusia.
Sehari sebelumnya pada 5 Maret 2025, Presiden Rusia Vladimir Putin juga menyindir Macron dengan menyebut Presiden Prancis tersebut masih terjebak di masa Napoleon Bonaparte.
"Masih ada orang yang ingin kembali ke era Napoleon, lupa bagaimana akhir ceritanya," sindir Putin yang merujuk kematian sosok historik di Prancis tersebut usai gagal menginvasi Rusia pada tahun 1812.
(Tribunnews.com/Bobby)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.