Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Trump Putuskan Mundur Jadi Mediator Rusia-Ukraina, Frustasi Gagal Capai Kemajuan Damai

AS menarik diri dari perundingan damai Rusia-Ukraina, lantaran frustasi menghadapi mediasi Rusia dan Ukraina yang tak membuahkan kemajuan konkret

Facebook The White House
DONALD TRUMP - Foto ini diambil pada Senin (21/4/2025) dari Facebook The White House memperlihatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berbicara selama konferensi pers. Presiden Trump menarik diri dari perundingan damai Rusia-Ukraina, lantaran frustasi menghadapi mediasi Rusia dan Ukraina yang tak membuahkan kemajuan konkret 

TRIBUNEWS.COM – Pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi menarik diri dari meja perundingan damai Rusia-Ukraina, Sabtu (3/5/2025).

Keputusan itu diambil Presiden AS Donald Trump lantaran frustasi menghadapi mediasi Rusia dan Ukraina yang tak kunjung membuahkan kemajuan nyata.

Bahkan selama berbulan-bulan terakhir, upaya mediasi AS seperti negosiasi gencatan senjata 30 hari dan pembicaraan dengan pejabat Rusia di Arab Saudi gagal membuahkan hasil konkret.  

Kondisi ini semakin membuat Donald Trump semakin frustasi karena sebelumnya, ia mengklaim bisa mengakhiri perang "dalam satu hari" jika terpilih kembali.

“AS dan Trump tidak akan lagi terbang keliling dunia tanpa pertimbangan matang untuk bertindak sebagai perantara dalam perundingan perdamaian,” ujar Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce dikutip dari Independent.co

“Kini giliran kedua pihak (Rusia dan Ukraina) untuk menyampaikan ide-ide konkrit tentang bagaimana konflik ini akan berakhir,” tegasnya

Kendati AS tak akan lagi memegang peran sebagai mediator utama dalam perundingan Rusia-Ukraina, namun pemerintahan Trump berkomitmen akan terus mendukung perdamaian.

Trump Ungkap Kekecewaan

Sejak kampanye dan awal masa jabatannya kembali di 2025, Trump menyatakan bahwa konflik Rusia-Ukraina adalah hasil dari kelemahan kepemimpinan sebelumnya, dan dia bisa "membuat Putin dan Zelensky duduk bersama dan berdamai."

Ia menjanjikan “perdamaian melalui kekuatan”, dengan pendekatan yang tidak diplomatis tradisional, melainkan transaksional dan keras.

Baca juga: AS Siapkan Sanksi Baru untuk Rusia, Tekan Putin Agar Setuju Gencatan Senjata di Ukraina

Seiring berjalannya waktu Rusia terus menolak proposal damai yang dirancang AS, yang berisi permintaan gencatan senjata total dan pemulihan sebagian wilayah Ukraina.

Putin bersikeras mempertahankan wilayah yang telah dicaplok, yang bagi Ukraina tidak bisa dinegosiasikan.

Rusia bahkan masih melakukan serangan besar-besaran ke wilayah Ukraina, termasuk ke ibu kota, Kyiv, menewaskan sedikitnya 12 orang.

Serangan ini membuat Trump angkat suara dan menyerukan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan kekerasan.  

Selain masalah itu, negara-negara Eropa dan NATO tidak sepenuhnya mendukung pendekatan Trump yang dianggap terlalu pro-Rusia atau pragmatis secara politik.

Banyak pihak menilai Trump lebih tertarik pada “citra pencipta perdamaian” daripada proses damai yang berkelanjutan dan adil.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved