Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Trump Longgarkan Tarif Ponsel dan Chip China, tapi Apa Benar Bebas Pungutan?
Donald Trump umumkan pengecualian tarif untuk ponsel dan chip China. Tapi benarkah produk-produk itu bebas bea? Ini penjelasan lengkapnya.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali memicu kebingungan soal tarif perdagangan dengan Tiongkok.
Tiga hari setelah pemerintahannya mengumumkan pengecualian terhadap sejumlah barang elektronik dari tarif, Trump justru mengancam akan mengenakan bea baru.
Telepon pintar, laptop, flash drive, dan beberapa produk teknologi lainnya dikecualikan dari tarif yang diberlakukan sejak Rabu (2/4/2025).
Pengecualian ini memberikan napas lega bagi perusahaan teknologi AS, seperti Apple dan Nvidia yang sangat bergantung pada manufaktur China.
Saham keduanya langsung naik setelah pemberitahuan resmi dirilis oleh Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS pada Jumat (11/4/2025).
Namun, pengumuman lanjutan pada Senin (14/4/2025) justru memicu kritik terhadap Trump.
Para pengamat dan lawan politiknya menuduhnya tidak konsisten dan mencabut banyak tarif tinggi yang sebelumnya diberlakukan terhadap Tiongkok.
Padahal, tarif yang dicabut itu hanyalah sebagian dari serangkaian bea masuk yang dikenakan dalam perang dagang antara AS dan China.
Perang tarif ini sudah dimulai sejak masa jabatan pertama Trump dan berlanjut saat Presiden Joe Biden menjabat, dengan tarif tambahan terhadap barang-barang dari China.
Lalu, apakah benar barang elektronik China kini bebas dari tarif AS?
Barang Apa Saja yang Dikecualikan?
Baca juga: China Bisa Jatuhkan Ekonomi AS, Balas Dendam Tarif Trump Pakai Utang Rp12.000 Triliun
Pada Jumat (11/4/2025), pemerintahan Trump mengeluarkan daftar produk yang dikecualikan dari tarif.
Produk tersebut termasuk komputer, laptop, disk drive, peralatan pemrosesan data otomatis, ponsel pintar, kartu memori, modem, router, layar panel datar, dan perangkat semikonduktor.
Kebanyakan dari barang-barang ini tidak diproduksi di dalam negeri, melainkan di Tiongkok.
Tarif yang dikenakan sebelumnya dinaikkan secara bertahap: dari 20 persen pada 2 April, menjadi 54 persen, lalu 104 persen pada 3 April, hingga mencapai 145 persen pada 4 April.
Menurut analisis firma keuangan Capital Economics, pengecualian ini mencakup 23 persen dari total impor AS dari China.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.