Konflik Palestina Vs Israel
Iran Siap Negosiasi Nuklir Lewat Oman, Tegaskan Sikap terhadap Ancaman AS
Pemerintah Iran telah menegaskan bahwa pihaknya menolak negosiasi langsung dengan AS dan memilih untuk melakukan nosiasi tidak langsung.
Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa ia lebih suka mengadakan 'pembicaraan langsung' dengan Iran.
"Saya rasa prosesnya lebih cepat dan Anda bisa memahami pihak lain dengan lebih baik dibandingkan jika Anda melalui perantara,” ungkapnya, dikutip dari Al-Arabiya.
Namun dengan tegas, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa negosiasi tidak langsung tidak memiliki arti apa pun.
"Negosiasi langsung tidak akan ada artinya dengan pihak yang terus-menerus mengancam akan menggunakan kekuatan yang melanggar Piagam PBB dan yang menyatakan posisi yang bertentangan dari berbagai pejabatnya," tegas Araghci.
Oleh karena itu, Araghci menegaskan bahwa Iran hanya ingin melakukan negosiasi tidak langsung dengan AS.
“Kami tetap berkomitmen pada diplomasi dan siap mencoba jalur negosiasi tidak langsung,” tambahnya.
Iran berulang kali menegaskan bahwa program nuklirnya hanya ditujukan untuk tujuan damai.
Namun, meningkatnya ketegangan dengan Washington menyusul retorika keras dari Presiden Trump mendorong Iran untuk meningkatkan kesiapsiagaan militer.
“Angkatan bersenjata kami menjaga dan meningkatkan kesiapan mereka dari waktu ke waktu untuk menghadapi skenario potensial apa pun,” tegas Baghaei.
Merespons ancaman militer dari AS, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan bahwa Iran akan memberikan "pukulan keras" terhadap setiap bentuk serangan.
Sejak Trump kembali menjabat sebagai Presiden AS, pemerintahannya secara konsisten mengatakan bahwa Iran harus dicegah memperoleh senjata nuklir.
Iran menolak tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa kegiatan nuklirnya semata-mata untuk tujuan sipil.
Akan tetapi, pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan lalu mengatakan bahwa Iran telah mempercepat produksi uraniumnya yang mendekati tingkat senjata.
Pada tahun 2015, Iran mencapai kesepakatan dengan kekuatan dunia, termasuk Amerika Serikat, untuk mengekang program nuklirnya karena kekhawatiran negara itu berpotensi mengembangkan senjata nuklir.
Namun keadaan berubah pada tahun 2018.
Saat itu, Trump menjabat sebagai presiden AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut.
Setelah menarik diri, Trump kemudian menjatuhkan sanksi terhadap Iran.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Iran
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.