Konflik Palestina Vs Israel
Gaza Masuk Fase Paling Berdarah, Aksi Gila IDF Bisa Tumpas Habis Hamas atau Malah Bunuh Sandera?
Pakar Militer menyebut, sejauh ini Israel cuma andalkan serangan udara. Pasukan IDF Mandi Darah Jika Masuk Shejaiya, di Gaza.
Duwairi menyiratkan, sama seperti sebelumnya, pasukan Israel menghadapi potensi 'berdarah-darah' dalam operasi darat kali ini.
Menyusul upaya pasukan pendudukan Israel untuk mendekati pinggiran timur Shuja'iyya dan mencapai daerah Tal al-Muntar, pakar militer itu mengingatkan kalau Shuja'iyya adalah titik pusat di bagian timur Kota Gaza.
"Kota ini memiliki sejarah pahit dengan tentara pendudukan Israel sejak tahun 2005 dalam lebih dari satu perang, dan dianggap sebagai mercusuar perlawanan," katanya dilansir Khaberni, Minggu (6/4/2025).
Al-Duwairi mengatakan kepada Al Jazeera kalau tidak ada pertempuran darat sejak Israel mengingkari gencatan senjata dan membatalkan perjanjian pertukaran tahanan.
"Pendudukan Israel, sebaliknya puas (cuma mengandalkan) pemboman udara dan artileri, penghancuran sistematis, dan pembantaian yang mengerikan," katanya.
Di sisi lain, meski emiliki aset tempur yang terbatas, para petempur milisi Perlawanan Hamas memiliki sejumlah faktor yang bisa membuat pasukan darat IDF kembali gagal kali ini.
"(Faktor-faktor itu) seperti tenaga kerja, kemauan keras, moral, dan senjata jarak pendek seperti Yassin 105 dan rudal tandem, yang memiliki jangkauan tempur maksimum 130 meter, jika tidak ada serangan rudal yang efektif," menurut al-Duwairi.
Pakar militer tersebut menggambarkan fase perang saat ini di Gaza sebagai sangat berdarah.
"Israel telah mengeluarkan peringatan evakuasi paksa kepada penduduk Gaza, melakukan blokade menyeluruh, dan melaksanakan taktik dan kebijkan kelaparan sistematis di Jalur Gaza," katanya.

Kekuatan Besar Belum Tentu Efektif Selamatkan Sandera
Di sisi lain, seorang mantan komandan Divisi Tepi Barat di Pasukan Pendudukan Israel (IDF) secara terbuka mengkritik IDF dan strategi pengerahan kekuatan besar-besaran di Jalur Gaza.
Mantan komandan itu menyebut, tekanan militer yang dilakukan IDF selama satu setengah tahun terakhir, tidak efektif dalam mencapai tujuan (target) dari operasi militer itu sendiri.
Dia mengklaim, strategi itu justru telah mengakibatkan kematian 41 sandera Israel.
Harus digarisbawahi, Israel mendengungkan kalau tujuan agresi mereka ke Jalur Gaza adalah untuk membebaskan sandera, meski belakangan, tujuan itu diperluas saat Tel Aviv juga ingin menduduki Gaza secara penuh untuk jangka waktu yang tak terbatas.
Dalam pernyataan yang dilaporkan oleh surat kabar Ibrani Maariv , mantan komandan itu menyatakan kalau satu-satunya cara bagi para tawanan ini untuk kembali adalah melalui kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan.
"Analisis sang mantan komandan itu dengan mengaitkan kurangnya hasil yang efektif dengan kebijakan militer yang cacat," ulas laporan RNTV.
Konflik Palestina Vs Israel
Konser Amal untuk Palestina di Wembley, London Meraup Rp 33,2 Miliar |
---|
Spanyol akan Mundur dari Eurovision 2026 jika Israel Berpartisipasi |
---|
Macron: Aksi Militer Israel Gagal di Gaza, Solusinya Akui Negara Palestina |
---|
PM Spanyol Serukan Larangan bagi Israel dari Semua Olahraga Internasional |
---|
Gaza Dibungkam, Internet dan Telepon Padam Total saat Tank Israel Kepung Kota |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.