Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Banyak Negara Diklaim Tertarik Terima Warga Gaza, Israel: 60 Persen Ingin Pindah

Pejabat senior Israel mengklaim, menurut jajak pendapat, 60 persen warga Gaza ingin pindah dari tanah Palestina itu.

Penulis: Febri Prasetyo
Wafa
PUING-PUING GAZA - Foto yang diambil dari kantor berita Wafa tanggal 6 Maret 2025 memperlihatkan warga Palestina di antara puing-puing bangunan. Mesir menyodorkan rencana pembangunan 400.000 apartemen di Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat senior Israel menyebut sudah ada banyak negara yang tertarik untuk menerima warga Palestina dari Jalur Gaza.

Dia menyampaikannya saat memberikan pengarahan kepada wartawan di tengah kunjungan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, ke Hungaria, Jumat (4/4/2025).

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah mengungkapkan usul pemindahan warga Palestina dari Gaza secara permanen.

Menurut pejabat itu, Israel sangat serius mempertimbangkannya dan sejumlah negara sudah tertarik menerima kedatangan warga Palestina.

"Negara-negara itu menginginkan sesuatu sebagai imbalan, tidak harus uang, tetapi juga persoalan strategis," kata dia, dikutip dari The Times of Israel.

Dia menyebut Israel ingin membebaskan sandera di Gaza dan melenyapkan Hamas.

"Ada kemungkinan migrasi besar-besaran."

Di samping itu, dia mengklaim jajak pendapat menunjukkan 60 persen dari 2 juta warga Gaza tertarik untuk meninggalkan tanah Palestina itu.

SERANGAN UDARA ISRAEL - Tangkap layar Khaberni yang menunjukkan bekas ledakan bom dari serangan udara Israel di Beit Lahia, Gaza Utara, Sabtu (14/3/2025).
SERANGAN UDARA ISRAEL - Tangkap layar Khaberni yang menunjukkan bekas ledakan bom dari serangan udara Israel di Beit Lahia, Gaza Utara, Sabtu (14/3/2025). (Khaberni)

Pejabat itu menegaskan warga Gaza tidak akan dipaksa pindah. Meski demikian, para pengkritik menganggap rencana pemindahan itu sebagai upaya pembersihan etnis.

Rencana tersebut sudah dikritik oleh negara-negara Arab yang menolak permintaan Israel untuk menerima warga Gaza. Menurut negara Arab, warga Gaza harus tetap diizinkan hidup di tanah airnya. Pemindahan warga Gaza bisa memperluas konflik hingga ke perbatasan.

Israel belum mengumumkan apakah warga Palestina yang meninggalkan Gaza akan diizinkan untuk kembali. 

Baca juga: PBB: Israel Ubah Dua Pertiga Wilayah Gaza Menjadi Zona Terlarang

Pejabat itu mengatakan Israel mungkin akan "mempertahanakan wilayah di Gaza" meski tidak tertarik menduduki Gaza secara permanen.

Menurut dia, Israel ingin mengontrol keamanan di Gaza dan melimpahkan kekuasaan atas Gaza kepada konsorsium negara-negara Arab. Konsorsium itu dipimpin oleh negara-negara Teluk hanyak akan mengurus Gaza hingga pemberitahuan selanjutnya.

Warga Palestina menolak pindah

Sejumlah warga Gaza mengungkapkan penolakannya untuk pergi keluar dari Gaza.

"Bahkan, meski itu akan merenggut nyawa kami, kami tidak akan meninggalkan Gaza," kata Mahmoud Bahjat, seorang warga Gaza, bulan Februari lalu ketika diwawancarai BBC.

"Kami menolak keputusan Trump. Dia mengakhiri perang, tetapi memindahkan kami akan mengakhiri hidup kami."

Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 90 persen warga Gaza kini menjadi pengungsi.

SITUASI GAZA - Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Kamis (20/3/2025) yang menunjukkan kondisi Gaza setelah Israel lancarkan serangan udara selama 2 hari sejak Selasa (18/3/2025) banyak warga yang dipaksa mengungsi. Israel membuat pernyataan pada hari Rabu (19/3/2025) bahwa pihaknya telah meluncurkan 'operasi darat terbatas' di Gaza tengah.
SITUASI GAZA - Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Kamis (20/3/2025) yang menunjukkan kondisi Gaza setelah Israel lancarkan serangan udara selama 2 hari sejak Selasa (18/3/2025) banyak warga yang dipaksa mengungsi. Israel membuat pernyataan pada hari Rabu (19/3/2025) bahwa pihaknya telah meluncurkan 'operasi darat terbatas' di Gaza tengah. (Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English)

Jamalat Wadi, seorang warga Gaza lainnya, mengatakan keluarga sudah berkorban banyak. Mereka bertekad membangun rumah lagi di Gaza.

"Kami bertahan 1,5 tahun dalam perang. Ketika militer Israel nantinya pergi dari sini, kami akan menyingkirkan puing-puing dan tinggal di tanah ini," ujar Wadi.

"Setelah AS membuat Israel menghancurkan rumah kami di Gaza, dia (Trump) berkata bahwa Gaza hancur dan kami harus pergi?"

"Jika masih ada satu titik darah tersisa pada anak-anak kami, kami tidak akan pergi dari Gaza. Kami tidak akan menyerah."

Baca juga: 2 Sandera Israel Jadi Target Serangan IDF saat Keluar dari Terowongan, Sebut Hamas Selamatkan Mereka

Sejak didirikan paksa, Israel menolak hak warga Palestina untuk kembali ke tanah airnya. Saat ini ada sekitar 5,9 juta warga Palestina yang tercatat oleh PBB. Sebagian besar tinggal di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Suriah, dan Lebanon.

Israel sudah lama mengklaim bahwa pengungsi Palestina harus dimasukkan ke dalam masyarakat di negara-negara Arab.

Israel ingin duduki Gaza

Minggu lalu seorang pejabat senior Israel mengatakan militer Israel bakal memperbesar operasi militernya di Jalur Gaza.

Menurut dia, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan menduduki 25 persen wilayah Gaza dalam dua hingga tiga minggu mendatang.

Kepada Axios, pejabat itu menyebut operasi darat menjadi bagian dari kampanye menekan Hamas secara maksimal supaya Hamas bersedia membebaskan lebih banyak sandera.

Meski demikian, pendudukan kembali Gaza oleh Israel bisa saja di luar tujuan tujuan perang yang telah dinyatakan Israel. Di samping itu, pendudukan bisa menjadi dalih untuk memaksa warga Palestina meninggalkan Gaza.

Apabila tidak ada kesepakatan baru tentang gencatan senjata dan pembebasan sandera, operasi militer Israel bisa menjadi lebih masif dan mengarah kepada pendudukan kembali Gaza. Israel pernah menduduki Gaza sejak tahun 1967 lalu menarik diri dari sana tahun 2005.

Bulan kemarin Israel juga dilaporkan mengancam akan menganeksasi atau mencaplok sebagian Gaza.

Ancaman seperti itu adalah yang pertama kali sejak perang di Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023. Menurut Israel, aneksasi itu adalah balasan jika Hamas menyakiti warga Israel yang disanderanya.

Baca juga: Dampak Serangan Israel: Korban Tewas Mencapai 50.609 di Gaza

Selasa (18/3/2025) malam, Channel 12 melaporkan ancaman tersebut sudah disampaikan kepada Hamas. Ancaman itu keluar di tengah serangan-serangan udara terbaru Israel di Gaza.

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved