Konflik Palestina Vs Israel
Mesir Tumpuk Pasukan di Sinai, Perbesar Landasan Pacu, Israel Terancam: Tak Bisa Ditoleransi
Israel merasa terancam karena Mesir menumpuk pasukan di Sinai. Mesir disebut telah mengerahkan pasukan melebihi kuota.
TRIBUNNEWS.COM - Aksi Mesir menumpuk pasukan di Semenanjung Sinai membuat Israel merasa terancam.
Narasumber keamanan yang didapatkan The Jerusalem Post menyebut Mesir telah mengerahkan pasukan yang melebihi kuota.
"Mesir mengerahkan pasukan yang melebihi kuota yang diizinkan, memperluas fasilitas pelabuhan, dan memperluas landasan pacu di bandara," kata narasumber itu.
Dia mengklaim tindakan Mesir itu melanggar perjanjian perdamaian di antara kedua negara.
Mengenai jumlah pasukan Mesir yang melebihi kuota, dia mengatakan Mesir bisa menarik kembali tank-tank miliknya.
"Israel tidak akan menerima situasi ini dan tidak akan menoleransi pelanggaran dari Mesir," katanya.
Saat ini Israel disebut sedang berdiskusi dengan Mesir dan Amerika Serikat (AS) mengenai persoalan itu.
"AS bertanggung jawab menegakkan perjanjian perdamaian dan harus memastikannya diterapkan seperti yang tertulis," ucap narasumber itu.
Sejauh ini Israel belum buka suara secara resmi mengenai tindakan Mesir menumpuk pasukan.
Pada bulan Februari kemarin Duta Besar Israel untuk AS, Yechiel Leiter, menyebut tindakan Mesir tidak bisa ditoleransi.
"Dalam waktu yang lama, persoalan ini dikesampingkan, tetapi berlanjut. Ini akan menjadi topik yang dibahas di meja, dengan segera dan secara tegas," kata Leiter.
Baca juga: Negosiasi Hamas-Israel Berlanjut di Qatar, Mesir Usul 5 Sandera Dibebaskan Setiap Minggu
Awal tahun ini para pejabat militer dan politik Israel sudah memperingatkan mengenai tumpukan pasukan Mesir di Sinai. Mereka mengatakan bisa saja terjadi konfrontasi dengan Mesir pada masa mendatang.
Pejabat Israel menyebut adanya persiapan logistik dan pembangunan balok beton penghalang di Sinai tengah. Menurut media Israel, balok itu digunakan untuk menghalangi kendaraan lapis baja Israel.
Media Israel juga mengklaim Mesir mempertahankan lebih dari dua belas terowongan di antara Rafah di Gaza dan Sinai. Terowongan-terowongan itu belum dihancurkan.
Sekitar sebulan sebelumnya, seorang pensiunan diplomat Israel menuding Mesir melanggar perjanjian damai tahun 1979 karena menambah pasukan di Sinai.
David Govrin, nama diplomat itu, mengatakan Mesir mengirimkan pasukan ke Sinai lebih banyak daripada yang ditetapkan dalam perjanjian.
Kata dia, Mesir menginvestasikan banyak uang untuk menumpuk pasukan meski tidak ada negara yang sedang mengancamnya.
Kekhawatiran Mesir
Pengerahan pasukan Mesir ke Sinai terjadi di tengah krisis keamanan di Timur Tengah. Perang di Gaza dan ancaman terhadap pelayaran di Terusan Suez menjadi perhatian Mesir. Negara itu khawatir perang Gaza melebar hingga ke Sinai.
Di samping itu, Mesir juga prihatin dengan keinginan kaum sayap kanan di Israel untuk memindahkan penduduk Gaza ke Sinai. Presiden Mesir Abdel Fattah menyebut hal itu mengancam perdamaian Mesir-Israel.
Para pakar militer Mesir menyebut aksi Mesir menumpuk pasukan adalah tindakan yang penting. Mereka juga tidak melihat adanya alasan Israel untuk khawatir.
"Laporan media Israel yang berulang-ulang tenyang tindakan khusus Mesir di Sinai hanyalah bagian dari perang psikologis Israel yang bertujuan untuk membuat warga Israel tetap khawatir dengan keamanan negaranya," kata Jenderal Ali Hefzi, mantan asisten Menteri Pertahanan Mesir, dikutip dari The New Arab.
Baca juga: UEA Bujuk Mesir Terima Usulan AS Soal Gaza dengan Imbalan Finansial: Hamas Harus Angkat Kaki
"Faktanya ialah bahwa Mesir terus mematuhi syarat-syarat perjanjian perdamaiannya dengan Israel, sedangkan semua tindakan keamanan Mesir di Sinai sejalan dengan syarat ini," katanya menambahkan.
Sebelum perang di Gaza meletus, Mesir sudah menambah jumlah pasukan di Sinai. Mesir berusaha melenyapkan cabang Negara Islam (IS) di wilayah barat laut yang dekat dengan Terusan Suez.
Para militan Negara Islam berusaha mendiririkan pemerintahan Islam di Sinai.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.