Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Kremlin vs Trump: Ketegangan Baru dalam Konflik Ukraina

Putin memicu kemarahan Trump dengan syarat berlebihan untuk Ukraina. Kini, AS mengancam memberikan tarif kepada Rusia bila tak setuju gencatan senjata

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: timtribunsolo
Kremlin.ru
TRUMP DAN PUTIN - Foto ini diambil pada Rabu (19/2/2025) dari publikasi resmi Kremlin, memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden AS Donald Trump (kiri) berfoto sebelum melakukan pertemuan resmi di Helsinki, Finlandia, pada 16 Juli 2018. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin memicu kemarahan Presiden AS Donald Trump setelah memberikan syarat yang dianggap berlebihan terkait gencatan senjata di Ukraina.

Dalam wawancaranya dengan NBC News, Trump mengancam akan mengenakan tarif pada ekspor minyak Rusia jika Putin tidak menyetujui kesepakatan dalam waktu satu bulan.

Ancaman Tarif pada Minyak Rusia

Trump mengindikasikan akan menerapkan tarif sebesar 25 hingga 50 persen pada semua minyak yang diekspor Rusia.

"Jika Rusia dan saya tidak mampu membuat kesepakatan untuk menghentikan pertumpahan darah di Ukraina, saya akan mengenakan tarif sekunder pada minyak yang keluar dari Rusia," tegas Trump.

Syarat Berlebihan dari Putin

Putin sebelumnya menyarankan agar Ukraina dikelola oleh pemerintahan sementara yang dipimpin oleh PBB untuk menyelenggarakan pemilihan umum baru sebelum merundingkan kesepakatan damai.

Pernyataan ini membuat Trump marah, yang menyebutnya sebagai langkah yang tidak tepat.

"Kepemimpinan baru berarti Anda tidak akan mencapai kesepakatan dalam waktu lama," ungkap Trump.

Rencana Maksimalis Kremlin

Kremlin tampaknya terus mengejar tujuan maksimalisnya dalam konflik ini.

Menurut laporan dari The Moscow Times, Rusia memiliki dua skenario untuk mencapai tujuannya:

Pertama, penyerahan Kyiv yang akan mengubah Ukraina menjadi negara satelit;

Kedua, memperkuat kendali atas wilayah yang diduduki sambil membatasi independensi politik Ukraina.

Namun, sumber-sumber menyatakan bahwa kedua rencana ini sulit dicapai, mengingat Ukraina belum sepenuhnya dikuasai oleh Rusia.

Penilaian Terhadap Presiden Zelensky

Diplomat Rusia yang tidak mau disebutkan namanya menilai bahwa untuk bernegosiasi dengan kepemimpinan Ukraina saat ini, mereka harus mengubah pandangan mereka terhadap Zelensky.

"Jika Anda bernegosiasi dengan pimpinan Ukraina saat ini, Anda tidak bisa terus-menerus menyebutnya sebagai rezim Nazi," katanya.

Kremlin kini fokus pada upaya mendiskreditkan Zelensky di mata Trump, dengan harapan Washington akan menekan Kyiv untuk mengadakan pemilihan presiden baru.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved