Konflik Rusia Vs Ukraina
Fokus Pembicaraan Trump dan Putin soal Perang Rusia-Ukraina: Tanah Mana yang Akan Dibagi-bagi
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan melakukan pembicaraan pada Selasa (18/3/2025) mengenai perang Rusia-Ukraina.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menolak mengomentari pernyataan Trump terkait wilayah dan pembangkit listrik.
Kremlin menyatakan pada Jumat bahwa Putin telah mengirim pesan kepada Trump mengenai rencana gencatan senjatanya melalui utusan AS, Steve Witkoff, yang mengadakan pembicaraan di Moskow.
Witkoff optimis bahwa kesepakatan dapat dicapai untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun tersebut.
Pada hari Minggu, Witkoff, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Penasihat Keamanan Nasional Trump, Mike Waltz, menekankan bahwa masih ada tantangan yang harus diatasi sebelum Rusia menyetujui gencatan senjata, apalagi resolusi damai untuk perang ini.
Waltz ditanya dalam sebuah wawancara dengan ABC apakah AS akan menerima kesepakatan damai di mana Rusia tetap menguasai wilayah Ukraina yang telah direbutnya.
Dia menjawab, "Kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah itu sesuai dengan kepentingan nasional kita? Apakah itu realistis? Apakah kita akan mengusir setiap orang Rusia dari setiap jengkal tanah Ukraina?"
Zelensky Tekankan Kedaulatan Ukraina
Zelensky mengatakan, dia melihat peluang bagus untuk mengakhiri perang setelah Kyiv menerima usulan gencatan senjata 30 hari dari AS.
Namun, dia juga secara konsisten menekankan bahwa kedaulatan Ukraina tidak dapat dinegosiasikan dan bahwa Rusia harus menyerahkan wilayah yang telah direbutnya.
Rusia merebut Semenanjung Krimea pada 2014 dan menguasai sebagian besar dari empat wilayah di timur Ukraina setelah menginvasi negara tersebut pada 2022.
Sementara itu, Rusia akan terus mencari jaminan kuat dalam setiap kesepakatan damai bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO dan akan tetap netral, menurut Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko dalam pernyataannya kepada media Rusia, Izvestia, yang dipublikasikan pada Senin.
Baca juga: Abaikan Tawaran Putin, Ukraina Pilih Menata Ulang Pasukan dan Bertahan di Kursk
"Kami akan menuntut agar jaminan keamanan yang kuat menjadi bagian dari perjanjian ini," kata Grushko sebagaimana dikutip Izvestia.
Rusia juga menuntut tetap mengendalikan semua wilayah Ukraina yang telah direbut serta pembatasan jumlah tentara Ukraina.
Selain itu, Rusia menginginkan pelonggaran sanksi Barat dan pemilihan presiden di Ukraina, yang menurut Kyiv tidak dapat dilakukan selama darurat militer.
Putin menyatakan bahwa invasinya ke Ukraina bertujuan melindungi keamanan nasional Rusia dari ancaman Barat yang agresif, khususnya ekspansi NATO ke arah timur.
Ukraina dan sekutu Baratnya mengatakan bahwa Rusia melancarkan perang agresi yang tidak beralasan dan bertujuan untuk memperluas wilayah kekuasaan secara imperialistik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.