Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Pembicaraan AS-Hamas di Qatar Buat Israel Marah, Ini Tawaran AS dan Tuntutan Hamas

Amerika Serikat (AS) dan Hamas kembali melakukan pembicaraan di Qatar tanpa mengikutsertakan perwakilan Israel.

Penulis: Febri Prasetyo
Telegram Brigade Al-Qassam
ANGGOTA BRIGADE AL-QASSAM - Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Sabtu (8/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam berjabat tangan sebelum menyerahkan berkas kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) selama pertukaran tahanan ke-5 pada Sabtu (8/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza, dengan imbalan 183 tahanan Palestina. Hamas baru-baru ini mengadakan pembicaraan dengan AS tentang pembebasan sandera. 

“Kita membantu Israel dalam pembicaraan itu karena kita membicarakan sandera Israel,” kata Trump di Gedung Putih, dikutip dari The Times of Israel.

“Kita tidak melakukan apa pun terkait dengan Hamas. Kita tidak memberikan uang.”

“Kalian harus bernegosiasi. Ada perbedaan antara bernegosiasi dan membayar. Kita ingin memulangkan orang-orang ini.”

Sebelumnya, pada hari Rabu, Trump bertemu dengan warga Israel yang pernah disandera Hamas. Dia lalu mengeluarkan ancaman lewat media sosial Truth Social.

“Pulangkan semua sandera sekarang, jangan nanti, dan segera kembalikan semua jasad orang yang kalian bunuh, atau itu akan menjadi akhir bagi kalian,” kata Trump.

“Juga untuk rakyat Gaza: Masa depan indah menunggu kalian, tetapi tidak jika kalian membawa sandera. Jika kalian, melakukannya, kalian akan mati.”

Setelah pertemuan Trump dengan eks sandera, seorang pejabat senior Hamas bernama Basem Naim menerbitkan semacam surat terbuka.

Baca juga: Hamas: Ancaman Terbaru dari Donald Trump Mempersulit Gencatan Senjata di Gaza

Dalam surat itu dia menyarankan Trump untuk bertemu juga dengan warga Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel supaya “seimbang”. Naim, menyebut ada 9.500 tahanan Palestina yang tidak dipenuhi kebutuhan dasarnya dan menjadi korban penyiksaan fisik serta psikologis.

BERUBAH-UBAH - Tangkap layar Khaberni, Rabu (5/3/2025) menunjukkan potret Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dengan latar belakang Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
BERUBAH-UBAH - Tangkap layar Khaberni, Rabu (5/3/2025) menunjukkan potret Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dengan latar belakang Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (Khaberni)

Israel marah

Israel Hayom melaporkan tindakan itu membuat berang para pejabat Israel.

“Ini tindakan yang sangat problematik,” kata seorang pejabat Israel.

Israel memang mengetahui adanya kanal rahasia yang digunakan AS dan Hamas untuk berkomunikasi langsung.

Namun, para pejabat Israel sangat tidak senang dengan keberadaan kanal itu.

Sementara itu, Ibrahim Al Madhoun, seorang komentator terafiliasi Hamas, mengatakan pembicara kedua belah pihak umumnya berkisar tentang Idan Alexander, seorang sandera yang juga memiliki kewarganegaraan AS.

Menurut dia, dalam pembicaraan itu Hamas punya kesempatan untuk menyampaikan tuntutan yang lebih besar.

Tuntutan itu misalnya menghapus Hamas dari daftar organisasi teroris menurut AS, mengakui Hamas sebagai bagian dari “solusi politik” di Gaza, dan memastikan Hamas tetap menjadi entitas penting dalam rencana apa pun tentang masa depan Gaza.

Pembicaraan-pembicaraan AS dengan Hamas beberapa selama beberapa minggu belakangan adalah pembicaraan pertama AS-Hamas secara langsung sejak 28 tahun silam.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved