Konflik Palestina Vs Israel
Israel Ejek Gaza dan UNRWA Lewat Unggahan Bertema Oscar, Balasan Buat Kemenangan Film No Other Land
Tampak sebagai balasan atas kemenangan 'No Other Land', IDF menggunakan kategori-kategori yang ada di Oscar 2025 untuk mengejek warga Gaza
Israel Ejek Gaza dan UNRWA Lewat Unggahan Bertema Oscar, Balasan Buat Film No Other Land?
TRIBUNNEWS.COM - Entitas zionis dan pendudukan Israel tampaknya sangat geram atas terpilihnya film No Other Land sebagai film dokumenter terbaik di ajang penghargaan Academy Awards 2025, di Dolby Theatre, Los Angeles, Amerika Serikat, Minggu (2/2/2025) waktu setempat atau Senin (3/2/2025) pagi WIB.
Kegeraman itu ditunjukkan langsung dalam unggahan terbaru pasukan pendudukan Israel (IDF) di X (dulu twitter).
Baca juga: Gal Gadot Sengaja Menghindar Saat Film No Other Land yang Tampar Israel Sabet Oscar?
Tampak sebagai balasan atas kemenangan 'No Other Land', IDF menggunakan kategori-kategori yang ada di Oscar 2025 untuk mengejek warga Gaza, Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), dan Iran.
"Pasukan Pendudukan Israel menuai kritik tajam atas penggunaan kategori Oscar 2025 yang provokatif tersebut," kata laporan RNTV, Selasa (4/3/2025).
Postingan tersebut menyertakan frasa seperti "Desain Produksi Terbaik diberikan kepada: Wilayah kemanusiaan UNRWA sebagai sel teror" dan "Sutradara Terbaik: Iran atas pekerjaan mereka dalam membangun proksi teroris" dengan gambar Ayatollah Ali Khamenei.
"Ejekan yang tidak menyenangkan ini tidak hanya tidak peka tetapi juga sangat tidak menghormati penderitaan nyata yang dialami warga sipil di Gaza," tulis RNTV mengulas respons yang muncul dari unggahan IDF tersebut.
Ulasan itu menambahkan, "Dengan meremehkan krisis kemanusiaan dan tantangan yang dihadapi warga Palestina, IDF telah melewati batas, menunjukkan kurangnya empati dan pemahaman terhadap kesulitan yang dialami oleh mereka yang tinggal di zona perang yang mereka ciptakan.
Postingan tersebut juga menyertakan kategori seperti "Sinematografi Terbaik: Al Jazeera dan kru kamera mereka" dan "Aktor Terbaik: teroris dalam peran mereka sebagai warga sipil," mereduksi realitas kompleks dari agresi yang sedang berlangsung menjadi sebuah tontonan belaka.
"Para kritikus telah menyatakan kemarahan atas unggahan tersebut, menekankan bahwa unggahan tersebut melemahkan isu-isu serius yang sedang terjadi dan melanggengkan narasi yang merugikan tentang rakyat Gaza," kata laporan itu.
Banyak yang menyerukan pertanggungjawaban, dengan menyatakan bahwa mengejek mereka yang sudah rentan merupakan penghinaan terhadap martabat dan kemanusiaan mereka.

Film Kolaborasi Israel-Palestina
Adapun Film dokumenter No Other Land yang diduga memantik kegeraman Israel, berisi kegiatan harian aktivis Palestina yang menentang pembongkaran komunitas mereka oleh Pasukan Pendudukan Israel (IDF), membawa pulang Oscar untuk Film Dokumenter Terbaik pada Minggu.
Sebuah upaya kolaboratif antara pembuat film Israel dan Palestina, film ini berpusat pada Basel Adra, seorang aktivis Palestina yang mendokumentasikan penghancuran kampung halamannya di Tepi Barat bagian selatan.
Pasukan pendudukan Israel menghancurkan area tersebut untuk digunakan kembali sebagai zona pelatihan militer.
Meskipun Adra berupaya meningkatkan kesadaran akan hal ini, upayanya awalnya tidak diperhatikan sampai ia terhubung dengan jurnalis Israel Yuval Abraham, yang membantu memperkuat pesannya.
"Kami membuat film ini sebagai warga Palestina dan Israel karena, bersama-sama, suara kami lebih kuat," kata Abraham saat menerima penghargaan.
Ia menggunakan momen tersebut untuk mengutuk tindakan pemerintah pendudukan Israel di Gaza, menyebutnya sebagai "penghancuran yang mengerikan bagi Gaza dan rakyatnya."
Ia juga mendesak Hamas untuk membebaskan semua tawanan Israel.
Setelah menjadi perbincangan hangat di festival film, film dokumenter ini masuk ke ajang Oscar sebagai pesaing kuat.
Meskipun berhasil didistribusikan di 24 negara, film ini kesulitan menemukan distributor di AS.
No Other Land mengalahkan Porcelain War , Sugarcane , Black Box Diaries , dan Soundtrack to a Coup d'État untuk penghargaan bergengsi tersebut.
Difilmkan antara tahun 2019 dan 2023, film dokumenter ini menyelesaikan produksi tepat sebelum peristiwa 7 Oktober 2023.
Sepanjang film, Abraham melibatkan dirinya dalam komunitas Palestina yang berjuang untuk tetap tinggal di tanah mereka.
Namun, ia menghadapi kritik dari beberapa warga Palestina yang menyindirnya soal hak istimewanya sebagai warga negara Israel.
Sementara Adra tidak dapat meninggalkan Tepi Barat dan diperlakukan sebagai penjahat, Abraham bergerak bebas di bawah hukum sipil "Israel".
“Ketika saya melihat Basel, saya melihat saudara saya, tetapi kita tidak setara,” kata Abraham di atas panggung.
“Kita hidup dalam rezim di mana saya bebas berdasarkan hukum sipil dan Basel berada di bawah hukum militer yang menghancurkan hidupnya. Ada jalan yang berbeda, solusi politik tanpa supremasi etnis, dengan hak-hak nasional bagi kedua bangsa kita.”
Ia juga mengkritik kebijakan luar negeri AS di bawah Presiden AS Donald Trump, dengan menyatakan bahwa kebijakan tersebut “membantu menghalangi jalan ini.”
Film ini sangat bergantung pada rekaman dari arsip kamera pribadi Adra, yang merekam kehancuran secara langsung.
Rekamannya menunjukkan tentara IDF menghancurkan sekolah desa dan menutup sumur air dengan semen untuk mencegah upaya pembangunan kembali.
Dalam satu adegan yang sangat mengerikan, Adra mendokumentasikan seorang tentara IDF yang menembak seorang pengunjuk rasa setempat yang mencoba menghentikan pembongkaran rumahnya.
Pria itu lumpuh, dan ibunya terpaksa merawatnya sambil tinggal di sebuah gua.
Berbicara di atas panggung, Adra merenungkan kepentingan pribadinya dalam perjuangan ini.
“Sekitar dua bulan lalu, saya menjadi seorang ayah. Harapan saya kepada putri saya (adalah) bahwa dia tidak harus menjalani kehidupan yang sama seperti yang saya jalani sekarang, selalu takut pada pemukim baru, kekerasan, pembongkaran rumah, dan pemindahan paksa. Kami menyerukan kepada dunia untuk mengambil tindakan serius guna menghentikan ketidakadilan.”
(oln/rntv/*)
Konflik Palestina Vs Israel
Lagi, AS Veto Resolusi DK PBB Soal Gencatan Senjata Gaza untuk Keenam Kalinya |
---|
Israel Pamer Iron Beam, Perisai Laser Canggih yang Bisa Hancurkan Roket dan Drone |
---|
Sidang Umum PBB 23 September di New York: Indonesia akan Bawa Isu Palestina |
---|
Rusia Turun Tangan, Bantu Warga Palestina Keluar dari Kota Gaza Saat Serangan Israel Menggila |
---|
Israel Klaim Punya Senjata Laser Berkecepatan Cahaya, Apa Itu Sistem Pertahanan Iron Beam? |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.