Senin, 29 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Desak Donald Trump Tarik Kembali Pernyataan Tak Bertanggung Jawab, Hukum Rimba Internasional

Hamas mengecam komentar mantan Presiden AS Donald Trump tentang pengusiran warga Palestina dan pengambilalihan kendali Gaza resep untuk kekacauan

Editor: Muhammad Barir
Telegram Brigade Al-Qassam
PEMBEBASAN SANDERA ISRAEL - Foto ini diambil pada Jumat (31/1/2025) dari publikasi resmi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Kamis (30/1/2025), menunjukkan anggota Brigade Al-Qassam membawa bendera Palestina sedang berpatroli selama pertukaran tahanan ketiga di Jalur Gaza pada Kamis (30/1/2025). 

Hamas Desak Donald Trump Tarik Kembali Pernyataan Tak Bertanggung Jawab, Hukum Rimba Internasional

TRIBUNNEWS.COM- Hamas mengecam komentar mantan Presiden AS Donald Trump tentang rencana pengusiran warga Palestina dan pengambilalihan kendali Gaza, menyebutnya sebagai “resep untuk kekacauan.”

Gerakan Perlawanan Palestina Hamas mengecam keras rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengusir warga Palestina dari Jalur Gaza dan mengambil alih wilayah itu, dengan menyebutnya sebagai “resep untuk menciptakan kekacauan” di wilayah tersebut.

"Kami mengutuk keras dan menolak pernyataan Presiden AS Trump yang ditujukan pada pendudukan Jalur Gaza oleh Amerika Serikat dan pengusiran rakyat Palestina dari sana," kata Hamas dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.

Trump mengklaim pada hari Selasa bahwa warga Palestina tetap tinggal di daerah kantong tersebut karena “mereka tidak mempunyai alternatif” dan menyatakan “AS akan mengambil alih Jalur Gaza.”

Menyebut rencana Donald Trump sebagai "resep untuk menciptakan kekacauan dan ketegangan di kawasan," pejabat senior Hamas Abu Zuhri mengatakan, "Rakyat kami di Jalur Gaza tidak akan membiarkan rencana ini lolos."

Gerakan itu mengatakan bahwa pernyataan Donald Trump "memusuhi rakyat dan tujuan kami, tidak akan memberikan stabilitas di kawasan itu, dan hanya akan menambah bahan bakar ke dalam api. Kami tidak akan membiarkan negara mana pun di dunia menduduki tanah kami atau memaksakan perwalian atas rakyat Palestina kami yang agung."


"Kami menyerukan kepada pemerintah AS dan Presiden Trump untuk menarik kembali pernyataan yang tidak bertanggung jawab ini, yang bertentangan dengan hukum internasional dan hak asasi rakyat Palestina di tanah mereka," tambah pernyataan itu.

Hamas juga meminta Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa “untuk segera bersidang guna menanggapi pernyataan berbahaya ini dan mengambil sikap tegas dan bersejarah yang melindungi hak-hak nasional rakyat Palestina, hak mereka untuk menentukan nasib sendiri, dan pendirian negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.”


'Hukum Rimba'

Selain itu, pejabat senior politbiro Hamas, Dr Basem Naim mengatakan rencana Trump adalah “kejahatan terhadap kemanusiaan dan memperkuat hukum rimba di tingkat internasional.”

"Selama 15 bulan, Netanyahu dan pemerintahan fasisnya telah berupaya mengusir penduduk Jalur Gaza dan gagal mencapai tujuan ini, mengingat keteguhan dan kepatuhan rakyat kami terhadap tanah dan tanah air mereka," kata Naim, menurut Middle East Monitor (MEMO).

Ia menekankan bahwa “Apa yang gagal dilakukan oleh pendudukan, tidak ada pemerintahan atau kekuatan Amerika di dunia yang akan berhasil melaksanakannya.”

Naim mencatat bahwa Gaza sangat membutuhkan rencana rekonstruksi komprehensif setelah kehancuran sistematis yang disebabkan oleh serangan militer Israel yang dimulai pada 7 Oktober 2024.

Masalahnya, jelasnya, dalam rekonstruksi bukanlah keberadaan warga Palestina di tanah mereka, “melainkan kelanjutan pendudukan Zionis dan pengepungan Jalur Gaza yang mencekik selama lebih dari 17 tahun dengan dukungan Amerika.”

Pemimpin Hamas menyerukan tindakan regional dan internasional yang mendesak untuk mengakhiri rencana jahat ini karena setiap upaya untuk melaksanakan rencana tersebut akan mengganggu stabilitas dan keamanan di kawasan.


'Ketidaktahuan yang Mendalam'

Sebelumnya, Izzat Al-Rishq, anggota biro politik Hamas, juga mengatakan pernyataan Trump mencerminkan "kebingungan dan ketidaktahuan yang mendalam tentang perjuangan Palestina dan kawasan secara keseluruhan."

“Gaza bukanlah wilayah bersama bagi pihak mana pun untuk menentukan nasibnya; itu adalah bagian integral dari tanah Palestina yang diduduki,” kata Al-Rishq, menurut kantor berita Anadolu.

Ia menegaskan bahwa “resolusi apa pun harus didasarkan pada penghentian pendudukan dan pemenuhan hak-hak nasional yang sah dari rakyat kita, bukan pada logika kekuasaan, dominasi, atau pola pikir pedagang real estat.”

Al-Rishq mengatakan bahwa pernyataan Trump “menegaskan kembali bias penuh Amerika Serikat yang mendukung pendudukan Israel dan agresi yang terus-menerus terhadap rakyat kami dan hak-hak mereka.”

'Riviera Timur Tengah'

Donald Trump bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada hari Selasa.

Setelah pertemuan itu, Trump berkata, "Menurut saya orang-orang tidak boleh kembali," seraya menambahkan, "Anda tidak bisa tinggal di Gaza saat ini. Saya pikir kita butuh lokasi lain. Saya pikir itu harus menjadi lokasi yang akan membuat orang-orang bahagia."

Ia juga mengatakan bahwa AS akan membangun kembali Gaza menjadi "Riviera Timur Tengah," tempat "masyarakat dunia—termasuk warga Palestina—akan tinggal." 

Namun, Trump tidak memberikan perincian tentang bagaimana AS akan secara hukum mengklaim kepemilikan wilayah tersebut atau di mana 1,8 juta warga Palestina yang mengungsi akan dimukimkan kembali.


SUMBER: PALESTINE CHRONICLE

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan