'Orang bilang wajah saya gosong seperti terkena azab' – Kosmetik ilegal mengandung merkuri, mengapa susah diberantas?
Krim abal-abal berbahan merkuri masih beredar di tengah pesatnya industri kosmetik Indonesia. Para pemengaruh dan korban mulai berbicara…
Mulanya Nur merasa jengah, namun belakangan ia justru merasa keberadaannya di media sosial menjadi ajang untuk berbagi pengalaman.
"Ternyata konten saya bisa berguna, supaya orang lain tidak mengalami hal serupa seperti saya," katanya.
Setidaknya lebih dari 150 orang mengirimkan pesan untuk Nur, bercerita tentang kondisi kulit wajah mereka yang bernasib sama seperti wajah Nur setelah memakai krim abal-abal.
Dari media sosial pula, Nur bertemu dengan dokter Maria Francisca atau dr Ika, content creator di TikTok dengan jutaan pengikut.
Dr Ika yang rutin membagikan tips dan edukasi tentang kosmetik dengan bahan berbahaya meyakini perubahan warna kulit Nur diakibatkan penggunakan kosmetik bermerkuri.
Keduanya kemudian bertemu secara langsung. Dari hasil pemeriksaan, dr Ika mengatakan optimistis kondisi kulit wajah Nur bisa diobati—meski butuh waktu lama.
"Pesan dr Ika, kulit saya ini bisa jadi bukan okronosis, melainkan terpapar sinar matahari. Masih ada harapan untuk sembuh," ujar Nur dengan senyum mengembang.
Paparan sinar matahari yang intens, kata dr Ika kepada Nur, membuat kulit menjadi lebih gelap. Apalagi setelah memakai krim yang mengandung merkuri, tambahnya.
"Merkuri itu bisa merusak [lapisan] kulit, seperti eksfoliasi. Itu mengapa, kulit terlihat licin, seperti efek glowing," kata dr Ika, seraya kembali menekankan bahwa bahan ini sangat beracun untuk manusia.
Dr Ika memang tak menjanjikan kulit Nur bisa cepat kembali seperti sedia kala.
"Minimal kulitnya sehat," tukasnya.
Ia rutin mengecek kondisi kulit wajah Nur dan menyediakan produk-produk perawatan wajah yang aman bagi Nur secara cuma-cuma.
Setahun setelah pertemuan pertama dengan dr Ika, perjalanan Nur untuk menjadikan kulit wajahnya sehat masih terus berlangsung.
"Sebenarnya kulit bisa menyembuhkan diri sendiri, tapi kita harus bantu melindungi dari paparan sinar UV, polutan, dan radikal bebas," terang dr Ika.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.