Konflik Palestina Vs Israel
200.000 Pemukim Israel Terpaksa Hidup 'Berdampingan' dengan Drone & Rudal Hizbullah, Pejabat Muak
Tiap hari ratusan ribu warga Israel utara menghadapi ancaman rudal dan drone Hizbullah.
“Pada akhirnya akan ada perjanjian. Jika perjanjian yang dicapai tanpa tindakan militer itu sangat mirip dengan perjanjian yang dicapai setelah tindakan militer, saya tidak yakin harga sipil-militer akan menjadi harga yang tepat untuk dibayar.”
Pejabat itu mengatakan persoalan yang dihadapi Israel utara tidak hanya masalah keamanan, tetapi juga masalah ekonomi dan infrastruktur.
“Negara Israel akan memahami bahwa mereka perlu mengurusnya, yang sudah tidak dilakukan selama 20 tahun. Sama seperti masyarakat yang tinggal lama sekali di Yudea dan Samaria, dan bahkan di Tel Aviv.”
Dia meminta pemerintah segera membuat keputusan dan menjalankannya.
Di samping itu, dia menyinggung kemungkinan musuh-musuh Israel mengambil tindakan secara bersama-sama.
“Hentikan pernyataan bahwa tak mungkin bertempur di dua front dalam satu waktu. Mulailah bertindak di daerah utara. Jangan berbicara saja, bertindaklah.”

Warga Israel utara mengaku ditelantarkan
Baca juga: Direcoki Hizbullah dan Ditelantarkan, Warga Israel Utara Mengamuk: Netanyahu Lempar Kami ke Anjing
Beberapa waktu lalu warga Israel utara mengamuk dan mengungkapkan kemarahannya kepada pemerintah.
Mereka merasa serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) ke Lebanon akhir pekan lalu “tidak mencukupi”. Di samping itu, mereka mengaku “ditelantarkan”.
Adapun serangan itu adalah balasan Israel atas serangan besar kelompok Hizbullah di Lebanon.
Hizbullah menyerang Israel pada hari Minggu, (25/8/2024), pukul 05.00 waktu setempat. Ribuan roket dan pesawat nirawak dikerahkan dalam serangan itu.
Beberapa kepala daerah di Israel utara sudah bertemu dengan Menteri Pendidikan Yoav Kisch dan Kepala Komando Front Dalam Negeri pada hari Senin, (26/8/2024).
Ketua Dewan Regional Mateh Asher, Moshe Davidovitch, mengungkapkan kemarahannya kepada Menteri Pendidikan Kisch.
Davidovitch mengklaim tidak akan membuka sekolah hingga militer Israel bisa memastikan keamanan warga Israel utara.
“Saya sudah muak dengan pertunjukan itu. Kita tidak akan memulai tahun ajaran sekolah di tempat yang tidak terlindungi. Penduduk akan menderita [karena keputusan ini], tetapi kemudian mereka akan berterima kasih karena tidak ada yang terluka. Kemarin kalian [pemerintahan Benjamin Netanyahu] menunjukkan kepada kami betapa kalian menganggap rendah kami,” ujar Davidovitch dikutip dari The Cradle.
Dia mengatakan pemerintah Israel tak akan pernah dimaafkan atas hal itu.
“Fakta bahwa kalian meninggalkan kami dan membakar kami hidup-hidup akan tercatat. Kalian menelantarkan kami dan melemparkan kami kepada anjing.”
(Tribunnews/Febri)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.