Konflik Palestina Vs Israel
Personel Intelijen Israel di Divisi Gaza Mau Mundur, Gallant Minta Netanyahu Revisi Target Perang
Niat mundur petugas intelijen Israel ini menyeruak saat agresi militer Israel memasuki bulan ke-11 dan belum mencapai target yang ditetapkan.
“Sudah tiba waktunya untuk memulai perang besar melawan Hizbullah. Untuk memindahkan 400.000 penduduk ke Lebanon selatan, ke seberang Sungai Litani,” kata Kisch kepada Channel 13.
Sementara itu, Hizbullah berusaha membuat Israel membayar mahal atas serangannya di Gaza.
Saat ini sudah ada lebih dari 40.000 warga Palestina di Gaza yang tewas karena serangan Israel. Sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Adapun 90 persen warga Gaza dilaporkan menjadi pengungsi. Mereka kerap diminta Israel untuk mengevakuasi diri.
Sementara itu, pada bulan Mei kajian dari Kampus Akademik Tel Hai di Israel menyatakan ada sekitar 40 persen pemukim di Israel utara mempertimbangkan untuk tidak kembali ke rumah mereka jika perang sudah berakhir.
Pemerintah Israel mengevakuasi pemukim itu dan menempatkan mereka di dalam hotel-hotel selama lebih dari tujuh bulan.
Baca juga: Media Israel: 2.150 Warga Terluka oleh Rudal Hizbullah, Sistem Radar Rusak, Serangan Iran Menyusul?
Meski demikian, masih ada beberapa pemukim yang memilih untuk tidak mengevakuasi diri.
Mereka tetap tinggal di pemukiman di dekat zona tempur dan menghadapi ancaman roket serta invasi darat Hizbullah.
Serangan Israel Tak Mengubah Situasi
Kelompok Lobi 1701 yang mewakili penduduk Israel utara mengatakan serangan IDF belum bisa mengubah situasi di Israel utara.
“Pagi ini kami mendapati kenyataan yang jelas: Suatu serangan pencegahan untuk menyingkirkan ancaman terhadap warga [Israel] tengah, ya. Melanjutkan serangan pencegahan dan menyingkirkan ancaman terhadap warga di utara, tidak,” tulis Lobbi 1701 dikutip dari laporan All Israel News hari Senin, (26/8/2024).
Awalnya IDF menyatakan serangan itu dilakukan untuk mencegah serangan ke Israel tengah. Namun, kemudian muncul pernyataan yang mengonfirmasi bahwa sebagian besar peluncur roket itu menargetkan Galilea di Israel utara.
“IDF menghancurkan ribuan roket jarak dekat, semuanya dirancang untuk menyerang warga kita dan pasukan kita di Galilea. IDF juga menangkis semua pesawat nirawak yang mengarah ke target strategus di tengah negara ini,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Minggu malam.
Warga Israel utara ramai-ramai mengkritik pemerintah Israel. Mereka menyebut tidak ada “serangan pencegahan” yang dilakukan Israel saat warga Israel utara menghadapi ancaman rudal selama berbulan-bulan.
Lobi 1701 menyebut kebijakan pemerintah Israel itu sebagai “tindakan pengecut”.
“Tindakan pengecut dan sebuah serangan terhadap ide Zionis, yang dibuat oleh pemerintah dan resmi mengubah kami menjadi warga negara kelas dua,” kata kelompok itu.
“Penduduk di utara yang kini menghadapi ratusan roket bertanya satu pertanyaan sederhana: Mengapa tidak melanjutkan inisiatif itu dan juga menyingkirkan ancaman terhadap penduduk di utara, siapa yang mengisap ribuan rudal selama 10 bulan?”
(oln/khbrn/KAN/YA/*)
Konflik Palestina Vs Israel
Lagi, AS Veto Resolusi DK PBB Soal Gencatan Senjata Gaza untuk Keenam Kalinya |
---|
Israel Pamer Iron Beam, Perisai Laser Canggih yang Bisa Hancurkan Roket dan Drone |
---|
Sidang Umum PBB 23 September di New York: Indonesia akan Bawa Isu Palestina |
---|
Rusia Turun Tangan, Bantu Warga Palestina Keluar dari Kota Gaza Saat Serangan Israel Menggila |
---|
Israel Klaim Punya Senjata Laser Berkecepatan Cahaya, Apa Itu Sistem Pertahanan Iron Beam? |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.