Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Warga Israel Mulai Cemas & Takut Keluar Rumah, Jika Iran dan Hizbullah Menyerang Negara Itu

Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei telah memerintahkan serangan ke Israel sebagai balasan atas perbuatan Israel membunuh pemimpin Hamas.

Penulis: Hasanudin Aco
AFP
Papan reklame di Tel Aviv memajang potret pemimpin Hamas Mohammed Deif, kanan, dan Ismail Haniyeh dengan tulisan "dibunuh" dalam bahasa Ibrani. Haniyeh dibunuh di Teheran minggu ini sementara Israel mengatakan telah membunuh Deif di Gaza pada 13 Juli 2024. 

"Jika laporan yang kita lihat di The New York Times benar, yang menunjukkan bahwa sebuah bom telah ditempatkan di tempat tinggalnya beberapa bulan sebelumnya, maka itu berarti waktu dan lokasinya disengaja, sehingga Iran tidak punya pilihan selain meningkatkan serangan, mengakhiri peluang kesepakatan penyanderaan atau gencatan senjata."

Pembunuhan Haniyeh di Teheran tampaknya dirancang untuk melemahkan Iran, kata Pinkas.

Namun, pilihan targetnya kurang jelas, katanya.

Tidak seperti Yahya Sinwar, pemimpin tertinggi Hamas di Gaza, Haniyeh pindah ke Qatar pada tahun 2019 dan dianggap sebagai tokoh politik yang relatif moderat dalam Hamas dan salah satu kandidat terbaik untuk mengakhiri konflik dan mengamankan pembebasan tawanan yang ditahan di Gaza sejak 7 Oktober, salah satu perhatian utama publik Israel.

Meskipun demikian, kata Goldberg, kematiannya masih menimbulkan sejumlah kepuasan publik.

"Kelihatannya aneh, saya tahu, tetapi ada semacam disosiasi publik yang terjadi di sini," kata Goldberg. "Mengingat lingkungannya, publik tidak memiliki banyak masalah dalam memisahkan seruan untuk mengembalikan para sandera dan merayakan pembunuhan orang yang diajak Israel berunding untuk mencapai tujuan itu," katanya, mengacu pada bagaimana warga Israel trauma dengan peristiwa 7 Oktober.

Para kritikus Netanyahu baik di dalam maupun luar negeri Israel dengan cepat menyatakan bahwa pembunuhan Haniyeh yang mendapat sorotan publik mungkin merupakan taktik perdana menteri yang tengah berjuang itu untuk memperpanjang dan meningkatkan konflik guna menghindari runtuhnya pemerintahan koalisinya yang rapuh dan penyelenggaraan pemilu lebih awal.

Untuk saat ini di jalan-jalan Tel Aviv, "ada kecemasan," kata Goldberg. "Namun ada juga rasa pasrah.

Ada perasaan bahwa ini adalah nasib Israel.

Orang-orang percaya bahwa Israel akan selalu harus membela diri dan, dengan itu, muncullah gagasan tentang impunitas total. Bagi banyak orang, memang begitulah adanya."

Sumber: Al Jazeera/AFP/Times of Israel

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved