Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Kelompok yang Serang Truk Bantuan di Gaza Rupanya Dapat Dana hingga Rp 3,2 M dari AS dan Israel

Organisasi hak asasi manusia mengatakan kelompok yang menyerang konvoi bantuan terkadang menerima informasi dan dukungan dari pemerintah Israel

Oren Ziv/AFP
Anggota kelompok pemukim Israel melihat truk trailer yang rusak membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, pada 13 Mei 2024 

TRIBUNNEWS.COM - Kelompok-kelompok sayap kanan Israel yang diduga menyerang konvoi bantuan ke Jalur Gaza, telah memperoleh lebih dari $200.000 (sekitar Rp 3,2 miliar) melalui situs penggalangan dana dari donor di AS dan Israel.

Donasi kepada kelompok-kelompok tersebut mengalir ke Givechack, sebuah situs crowdfunding (penggalangan dana) Israel, dan JGive, sebuah situs crowdfunding AS dan Israel.

Laporan tersebut disarkan pada Associated Press dan situs investigasi Israel, Shomrim, yang menginspeksi sumber terbuka terhadap situs-situs tersebut dan catatan publik lainnya.

Di AS dan Israel, kontribusi amal termasuk tax-deductible.

Artinya, Wajib Pajak yang memberikan sumbangan kepada organisasi amal yang memenuhi syarat, dapat mengurangi nilai kontribusi mereka dari penghasilan kena pajak, sehingga mengurangi beban pajak mereka secara keseluruhan.

Kelompok-kelompok yang bekerja untuk menyalurkan bantuan ke Jalur Gaza, mengatakan kepada AP dan Shomrim bahwa menjadikan sumbangan tersebut tax-deductible, bertentangan dengan komitmen Amerika dan Israel yang mengizinkan makanan, air, dan obat-obatan tanpa batas masuk ke Gaza.

Salah satu kelompok yang menyabotase bantuan, Mother's March, mengumpulkan dana setara dengan lebih dari $125.000 di Givechack dan $13.000 dari JGive.

WFP menyalurkan bantuan ke Jalur Gaza
WFP menyalurkan bantuan ke Jalur Gaza (Twitter WFP)

Tzav 9 mendapatkan lebih dari $85.000 dari sekitar 1.500 donor di AS dan Israel melalui JGive.

Kelompok Tzav 9 telah memblokir konvoi bantuan dalam perjalanan ke Gaza sejak Januari.

Mereka beralasan bahwa warga Palestina tidak boleh mengakses bantuan sampai sandera yang disandera oleh Hamas pada 7 Oktober 2023 dibebaskan.

Kelompok ini mengaku bertanggung jawab memblokir pengiriman bantuan dari Yordania di Tepi Barat yang diduduki dan menggeledah pengiriman bantuan dari truk.

Baca juga: Para Penjarah Bantuan Kemanusiaan di Gaza Diberi Hadiah oleh Israel dan Amerika Serikat

Pada bulan Juni, AS memberikan sanksi kepada Tsav 9, yang juga memiliki hubungan dengan tentara cadangan Israel dan pemukim di Tepi Barat yang diduduki.

Tsav 9 disebutkan telah memblokir, mengganggu, dan merusak pengiriman bantuan.

Sanksi AS membekukan aset apa pun yang dimiliki kelompok tersebut di bawah yurisdiksi AS, dan juga melarang warga Amerika berurusan dengan kelompok tersebut.

JGive mengatakan kepada AP bahwa sumbangan yang diberikan kepada Tzav 9 dibekukan sebelum sanksi AS diterapkan dan tidak ada dana yang disalurkan ke kelompok tersebut.

Namun bahkan kelompok-kelompok yang tidak mendapat sanksi dari AS pun telah menggunakan situs crowdfunding untuk menyerukan pengepungan dan hukuman kolektif terhadap warga Palestina.

Menurut laporan, kelompok sayap kanan Israel, Torat Lechima, yang nama Ibraninya diterjemahkan secara kasar menjadi “doktrin tempur”, terus melakukan penggalangan dana atas nama Mother’s March di JGive di AS.

Sebuah organisasi hak asasi manusia mengatakan bahwa kelompok yang menyerang konvoi bantuan terkadang menerima informasi dan dukungan diam-diam dari pemerintah Israel.

Hal itu menghambat bantuan ke wilayah Palestina yang terkepung.

Organisasi hak asasi manusia Israel B'tselem mengatakan bahwa serangan terhadap truk bantuan pada bulan Mei, terjadi berjam-jam di depan tentara Israel yang tidak melakukan intervensi.

“Hal ini bertentangan dengan ICJ (Mahkamah Internasional), yang mengeluarkan tindakan sementara untuk memaksa Israel mengizinkan bantuan kemanusiaan,” kata organisasi tersebut.

Paket Bantuan Terhenti di Mesir

Sementara itu, ratusan truk berisi makanan dan air terdampar di jalan Mesir, beberapa di antaranya sudah berada di sana selama hampir dua bulan, menurut laporan The New Arab pada Senin (8/7/2024).

Truk itu menunggu izin untuk mengirimkan pasokan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Sekitar 50 kilometer dari perbatasan Gaza, truk-truk yang membawa tepung, air dan bantuan lainnya berjejer di jalan berdebu di kedua arah.

Para pengemudi mengatakan mereka telah menunggu selama beberapa minggu di tengah teriknya musim panas Mesir.

Baca juga: Hamas Sebut Laporan Human Rights Watch Bias, Hanya Melihat dari Sisi Israel

Penumpukan ini memperburuk krisis kemanusiaan yang mengerikan di Gaza setelah sembilan bulan perang yang dilancarkan Israel di wilayah pesisir tersebut.

Kelompok-kelompok bantuan memperingatkan adanya risiko kelaparan yang tinggi di wilayah pesisir yang terkepung.

Para pengemudi truk, yang parkir di pinggiran kota al-Arish di Semenanjung Sinai, Mesir, mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengirimkan pasokan kemanusiaan sejak Israel memperluas serangannya di perbatasan Gaza-Mesir pada bulan Mei.

Beberapa makanan harus dibuang, kata mereka.

“Sumpah demi Tuhan, sebelum muatan ini, kami datang ke sini dan berdiri lebih dari 50 hari dan akhirnya muatan dikembalikan karena sudah kedaluwarsa,” kata sopir truk Elsayed el-Nabawi.

"Kami harus berbalik dan mengembalikannya."

"Kami memuat batch lain, dan di sini kami berdiri lagi dan hanya Tuhan yang tahu apakah muatan ini akan sampai sebelum kedaluwarsa atau apa yang akan terjadi padanya."

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved