Konflik Palestina Vs Israel
Agak Lain, Banyak Tentara Israel Akui Menembak Hanya karena Bosan: Tembak Dulu, Tanyai Kemudian
Tentara Israel mengaku melepaskan tembakan di Jalur Gaza hanya karena bosan.
TRIBUNNEWS.COM – Tentara Israel mengaku melepaskan tembakan di Jalur Gaza hanya karena bosan.
Bahkan, ada enam prajurit Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang mengklaim tentara Israel rutin membunuh warga sipil Palestina hanya karena warga itu memasuki wilayah terlarang.
Majalah independen bernama +972 Magazine melaporkan kesaksian para tentara Israel mengenai hal itu.
Beberapa tentara Israel bersaksi mereka bisa menembak tanpa batasan guna "menyalurkan" tenaga mereka dan mengatasi kebosanan.
"Orang-orang ingin mendapatkan pengalaman itu (sepenuhnya)," kata S, seorang tentara cadangan yang ditempatkan di Gaza utara.
"Saya sendiri menembakkan beberapa peluru tanpa alasan ke arah laut, ke trotoar, atau bangunan yang ditinggalkan. Mereka melaporkannya sebagai ‘tembakan normal’, yang merupakan kode bahwa ‘Saya bosan, jadi saya menembak.’"

Sejak tahun 1980-an militer Israel menolak mengungkapkan aturan penembakan kendati sudah ada banyak petisi di pengadilan tinggi.
Sosiolog politik Yagil Levy mengatakan sejak Intifada Kedua, militer Israel tidak memberi prajuritnya aturan tertulis tentang pertempuran.
Hal itu memunculkan kebebasan penafsiran oleh tentara di medan tempur dan bahkan menyebabkan sejumlah tentara tewas oleh peluru kawannya sendiri dalam beberapa bulan terakhir.
"Ada kebebasan penuh dalam beraksi," kata B, tentara Israel lainnya yang bertugas di Gaza.
"Bahkan jika merasa ada ancaman, tak perlu menjelaskannya, kamu tinggal menembak."
Baca juga: Hizbullah Rilis Hoopoe Part 2, Video Pengintaian Udara Resolusi Tinggi Situs Militer Israel di Golan
B menyebut ketika ada tentara yang mendekat, tentara itu bisa ditembak.
"Diizinkan untuk menembak badannya, bukan ke arah udara."
"Diizinkan untuk menembak setiap orang, gadis kecil, dan wanita tua."
B kemudian menceritakan peristiwa pada November lalu, ketika tentara Israel menembak beberapa warga sipil saat proses evakuasi sekotal di dekat kawasan Zeitun.
Tentara Israel meminta warga sipil untuk keluar lewat kiri, ke arah laut, bukan ke kanan, tempat tentara berada.
Ketika terjadi baku tembak di dalam sekolah, warga yang mengambil jalan salah langsung ditembak.
Sementara itu, S mengatakan tentara Israel juga akan banyak menembak di area yang terlihat ditinggalkan. Penembakan itu disebut sebagai prosedur untuk "memperlihatkan keberadaan".
Kata S, rekannya akan banyak menembak tanpa alasan yang jelas.
"Setiap orang yang ingin menembak, tak peduli apa alasannya, akan menembak," ujar S.
Dia berujar dalam beberapa kasus, penembakan itu bertujuan untuk menyingkirkan orang-orang (dari tempat persembunyian) atau menunjukkan keberadaan.
M, salah satu tentara cadangan lainnya, mengatakan perintah penembakan akan datang langsung dari komandan kompi atau batalion di lapangan.
Baca juga: Banyak Personel IDF Tewas di Medan Perang, Israel Rekrut Kaum Yahudi Haredi Mulai Bulan Depan
"Ketika tidak ada pasukan IDF lainnya di area, penembakannya sangat tidak terbatas, seperti kegilaan. Dan tidak hanya senjata kecil, tetapi juga senapan mesin, tank, dan mortir," kata M.
"Tentara reguler, perwira junior, komandan bataliaon, pangkat rendah yang ingin menembak, mereka mendapat izin."

Adapun S mengingat kabar tentang seorang tentara Israel yang ditempatkan di kawasan perlindungan.
Tentara itu menembak satu keluarga Palestina yang tengah berjalan di dekatnya.
"Awalnya mereka berkata ‘empat orang’. Ternyata dua anak ditambah dua orang dewasa, dan pada akhirnya seorang pria, seorang wanita, dan dua anak. Kalian bisa membayangkannya sendiri."
Seorang tentara Israel bernama Yuval Green (26) menolak untuk terus bertugas di Gaza.
"Tidak ada pembatasan amunisi. Orang-orang menembak hanya untuk menghilangkan kebosanan," tutur Green.
Dia kemudian menceritakan peristiwa yang terjadi pada suatu malam pada bulan Desember.
"Seluruh batalion melepaskan tembakan secara bersama-sama seperti kembang api," katanya.
C, tentara Israel lainnya di Gaza, menjelaskan bahwa ketika tentara mendengar tembakan, mereka mengirimkan pesan lewat radio untuk mengklarifikasi apakah ada satuan militer lain di area itu.
Jika tidak ada, mereka akan melepaskan tembakan. "Tentara menembak sesuka hati, dengan sekuat tenaga," ujar C.
Baca juga: Populer Internasional: Pelabuhan Eilat Israel Bangkrut - Al Qassam Ledakkan Ladang Ranjau
Namun, tembakan serampangan itu juga berisiko membuat tentara Israel tertembak oleh kawannya sendiri.
Bahkan, C menyebut hal itu "lebih berbahaya daripada Hamas".
Sementara itu, A, seorang perwira Israel, mengatakan penembakan di rumah sakit, klinik, sekolah, lembaga keagamaan, dan gedung organisasi internasional memerlukan izin yang lebih besar.
Namun, pada kenyataannya, penembakan tetap terjadi.
"Saya bisa menghitung, dengan satu tangan, kasus-kasus yang di dalamnya kami diminta tidak menembak. Bahkan, dengan hal sensitif seperti sekolah, (persetujuan) hanya terasa seperti formalitas."
"Semangat di dalam ruang operasi ialah tembak dulu, tanyai kemudian."
"Itu adalah konsensusnya. Tidak ada yang akan menangis jika kami merobohkan rumah ketika tidak dibutuhkan atau jika kami menembak seseorang yang tidak perlu kami lakukan."
(Tribunnews/Febri)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.